Semanjung Kowloon Agustus
Part I
Langit masih jadi pendiam sampai nanti Tuhan mengijinkannya mengatakan semua yang dia saksikan di bumi. Langit sebenarnya sedang berpura-pura tidak melihat kelakuanmu, berpura-pura tidak mendengar pembicaraanmu. Berpura-pura tidak peduli dengan kesombonganmu. Padahal, dia sudah hampir mau meledak melihat dirimu yang sangat sombong itu. ( catatan calon imammu 2008 )
Pemakaman San Diego Hills
Karawang Jawa Barat Agustus 2008
Zu masih saja diam tanpa ekspresi di depan makam ayahnya. Benar-benar datar tanpa ekspresi sedikitpun. Dia sama sekali tidak menangis, jika ada kaca pembesar di wajahnyapun sekarang. Sungguh, satu tetes air mata rasanya tidak pernah berlinang sama sekali di wajahnya yang chines itu.
Satu per satu kerabat ayahnya mulai pergi meninggalkan makam yang luas itu. Sedangakan Zu masih menatap kosong nisan ayahnya. Dia benar-benar sendiri sekarang. Tidak ada siapa-siapa disampingnya. Kecuali malaikat yang masih setia menunggu di sisi kira kanannya.
Ibunya sudah meninggal ketika ia berusia 2 tahun. Menyedihkan sekali melihat hidup gadis yang satu ini. Tapi sebenarnya, dia terlalu sombong untuk dikasihani sekarang.
“Hallo, Aku lagi di pemakaman Ayah, tunggu aja di tempat main golf” Zu baru saja menjawab telfon dari senior sekolahnya. Tidak sampai sepuluh menit, Zu sudah sampai di tempat bermain golf. “Gilaaa! ini pemakaman. Fasilitasnya lengkap banget, Golf ada, kolam renang ada, Restoran ada, sering-sering aja kamu ajak aku kesini Zu”.
“Emang siapa yang mau meninggal lagi. Hah ? Ayahku cuma satu, yang mafia itu” jawab Zu ketus sambil menatap jauh bola golfnya. Walaupun sebenarnya dia sedang menatap jauh ke arah makam ayahnya.
“Sejahat inikah diriku Tuhan, Aku hambamu yang selalu memaki Ayahnya sampai akhir hayatnya kini, Ada apa dengan hatiku Tuhan!”
***
Biar saja langit masih menjadi pendiam sekarang. Setidaknya, sekarang kamu masih bisa melakukan apapun sesuai nafsumu sampai ruh yang ada di dalam tubuhmu dicabut tiba-tiba. Toh, langit gak bakal berteriak dengan gemuruh petirnya karna melihat kemaksiatan yang kau lakukan setiap waktu. ( catatan calon imammu 2008 )
Istana Mafia Yosian Kim Tan
22 Agustus 2008
Ayahnya seorang mafia batu berlian paling terkenal di Hongkong. Baru beberapa hari yang lalu tepat dihari kelahirannya Zu. Dia diberikan cincin berlian termahal oleh ayahnya.
“The Moussaieff Red Diamond termasuk kedalam sepuluh berlian termahal di dunia. Kamu tau Honey, walaupun dia termasuk berlian yang paling kecil tapi dia memiliki nilai paling tinggi diantara berlian yang lain” ujar ayahnya saat itu.
“Ah, sudahlah! Aku tau harga berlian ini hanya enam puluh delapan miliar saja. Jadi, kau tidak perlu membanggakan pemberiamu yang murah itu!”
Sahabat-sahabat dari Senior High School Zu hanya binggung menatap kelakuan Zu yang berlebihan itu. Walaupun mereka tau Zu memang memiliki karakter yang buruk sekali. Tapi seharusnya diacara ulang tahunnya ini dia bisa mengendalikannya.” Ah, bukan Zu namanya kalau tidak buruk sikapnya” bisik salah satu sahabat dekatnya.
“Dia tidak murah Honey, dia kecil tapi tidak terlihat murahan sama sekali. Sungguh, ini benar-benar berlian paling mahal”. Ayahnya Zu mulai meyakinkan kembali sambil mengkondisikan pesta yang mulai tegang, karena Zu hampir saja melempar hadiah dari Ayahnya sendiri. Ayahnya terus merayu Zu agar menerima hadiahnya. Zu masih tidak peduli dengan Ayahnya sendiri, dia malah sibuk mengajak bicara Kak Lee yang dia sukai sejak lama. “Kak Lee mau minum bersamaku?”.
Zu sudah berjalan menuju bagian taman belakang rumahnya itu dan meninggalkan Ayahnya di depan teman-temannya sendiri. Sambil terus mengandeng erat tangan kakak kelas idolanya. Zu sudah terlihat menjadi ratu pesta pada malam itu, Zu memakai gaun panjang berwarna biru yang bagian belakanya terbuka membentuk huruf V. Rambutnya panjang keriting gantung berwarna merah keunguan membuat dirinya terlihat menjadi lebih dewasa dari umurnya.Dan badanya yang tinggi semampai kini sudah menyandar kedalam pelukan Kak Lee.
Rumah Zu kini sudah di sulap sesuai permintaannya. Tamannya sudah menjadi bar yang penuh dengan botol alkohol bermerek. Kolam renangnya sudah menjadi arena panggung diskotik high class, penari striptis sengja disiapkan untuk menjadi pusat perhatian teman-teman sekolahnya.
Muka Ayahnya sudah merah padam menahan malu sekaligus marah terhadap Zu. Degg ! Jantungnya mulai berdegup lebih cepat. Tiba-tiba suara sirine mobil kepolisan seakan menggantikan musik yang sedang diputar di istana Zu malam itu. “RUMAH ANDA SUDAH DIKEPUNG! SEGERA MENYERAHKAN DIRI BPK. YOSI” . Semua teman-teman Zu berteriak, berlari kesana-kesini tanpa bisa mengendalikan diri. Mereka berada dalam pengaruh alkohol dan obat yang benar-benar parah. Belum lagi sahabat-sahabat dekat Zu yang sedang asik berpacaran di dalam kamar tidur yang sengaja Zu sediakan untuk sahabat-sahabatnya itu. Mereka panik bukan main dengan keadaan yang benar-bena memalukan. Ah, Apalagi selain seks bebas. Itu sudah menjadi hal yang biasa saja bagi mereka.
***
Dentuman peluru saling bersahutan di dalam rumah Zu. Darah sudah tumpah dimana-mana. Beberapa teman sekolah Zu tewas di tempat. Mereka anak-anak mafia yang memang memiliki senjata api sempat melawan beberpa kali, namun akhirnya tewas. Mereka yang memang memiliki peran penting dalam pengedaran narkotika internasional. Sebenanya Zu tau, teman-temannya ini sudah menjadi incaran keamanan internasional sejak lama. Dia tetap sengaja mengadakan pesta besar dan memaksa Ayahnya untuk mengundang semua rekan mafianya.
Ayahnya menolak habis-habisan. Tapi akhirnya dia mengalah untuk putri kesayangannya. Dia juga sengaja mengundang teman-temanya yang sudah menjadi agen pemasaran narkotika internasional Asia. “Kau, mau mancing polisi! Hah?” Kurang lebih seperti itulah respon temannya. “Sudahlah, Ayahku akan mengirim keamanan mafia terbaik dari Hongkong, jadi kau tidak perlu khawatir”. Jawab Zu simpel.
Zu sudah merencanakan semuanya, dia ingin menyelesaikan semuanya. Dia sudah bosan dengan kekhawatiran yang selalu menghantuinya. Dia sudah kesal melihat Ayahnya dikejar-kejar intel negara. Dia sudah malas dengan kecemburuan sahabat-sahabatnya sendiri. Dan dia sudah benar-benar muak dengan teman-temannya yang selalu memanfaatkan kekayaanya.
“Awaaaaaaaass Zu, Teriak Ayah Zu sambil memeluk putrinya dari belakang. Wussh, Ayah Zu tertembak tepat dijantungnya sambil memeluk Zu. Ayah Zu sudah jatung ke lantai bersimbah darah, ditangannya masih tergenggam berlian nuntuk putrinya itu. Zu tidak berteriak sama sekali, dia masih diam mematung. Sebenarnya keinginanya tidak seperti ini. Benar-benar tidak seperti ini. “Seburuk-buruknya diriku, Aku tidak berniat menjebak Ayahku sendiri, Apalagi sampai membunuhnya”
***
Cerpen Semenanjung Kowloon
Part II
“Sejauh apapun kamu berlari dari kesaksian langit, dia akan terus menyaksikanmu”
Hongkong, China Selatan
Zu sedang berada di semenajung Kowloon,salah satu bagian daerah paling menawan dari Kota Hongkong. Semenanjung kecil yang palin terkenal di Asia dengan kemewahan gedung-gedung tinggi di pinggir lautnya. Semenanjung Kowloon memiliki pelabuhan terkenal yang menyimpan banyak sejarah. Pelabuhan Victoria, terlihat sekali dari namanya bahwa kota ini dulu adalah jajahan Inggris.
Victoria dulu selalu menjadi tempat yang Zu ingin kunjungi, Zu selalu menunggu hari jum’at untuk meminta Ayahnya untuk pergi ke pelabuhan. “Aku hanya ingin matahari tenggelam saja, sudah itu saja!”. Sebenarnya Zu adalah anak yang baik, tidak hedonis walaupun Ayahnya memiliki harta yang gak akan habis dimakan sepuluh generasi.
Bukit itu masih berdiri tegap sama seperti dulu, gradasi warna biru tua dengan senja sore berpadu menjadi lukisan yang selalu membuat rindu. Secara jelas menggambarkan bahwa malam akan segera datang, menyisahkan matahari yang lama-lama terus tenggelam lalu menghilang. Benar-benar menjadi backround alam yang membuat Zu sulit meninggalkan pelabuhan. “Andai Mama masih disini, pasti dirimu akan menangis darah melihat diriku yang rusak seperti ini”. Batin Zu sambil melihat bayangannya sendiri.
Bangunan-bangunan pecakar langit berbaris rapi berhadapan langsung dengan laut. Setiap tahun pembangunan gedung-gedung di Hongkong semakin tinggi. Tingkat kriminalpun tidak kalah tingginya. Ibu Zu meninggal karna menyelematkan Zu dari penyerangan kelompok mafia judi di Macau. Dulu Ibu Zu memang sengaja untuk bisa berjalan berdua saja tanpa pengawalan dari bawahan Ayah Zu. Hal itu menjadi kesempatan untuk musuh-musuh mafia judi yang lahanya di ambil Ayah Zu untuk judi berlian balas dendam.
Pertikaian terjadi di Central Macau saat itu. Ibu Zu yang bukan berasal dari bangsa Tionghoa dan terkenal sebagai istri dari mafia berlian, menjadi incaran para mafia untuk balas dendang kepada Ayah Zu yang mengambil lahan judinya. “Tidaaak usah menangis Honey,, Mama akan terus memelukmu”. Tetapi Zu tetap saja menangis melihat ibunya dipukuli oleh banyak orang, baju ibu Zu sudah koyak tidak kelihatan bentuknya. Darah segar sudah mengalir dari kepala ibu Zu yang ditusukan besi tajam. Punggung Ibu Zu sudah robek dengan garetan-garetan pisau yang tidak terhitung jumlahnya. Ibu Zu masih memeluk putri kecil saat itu, Zu yang masih kecil saat itu hanya bisa menangis dalam pelukan ibunya yang mulai melemah. Ibu Zu masih menahan tangisnya sambil berbisik kecil ke telinga Zu “Allah.... Allah.... Allah... Engkau sebaik-baiknya tempat kembali”.
Ibu Zu tewas tepat ketika pengawal Ayah Zu datang bergelombolan menembaki mafia judi yang tidak menyerang istri dari tuan mereka. Zu masih menangis bingung, dia benar-benar tidak tau dengan kejadian yang terjadi. Dia tidak tau kalau Ibunya sudah tewas, dia tidak tau kalau sekarang dia sendirian tanpa ibunya. Dia benar-benar tidak tau apa-apa. Zu segera di gendong kedalam pelukan Ayahnya. Ayah Zu menangis sambil memeluk putrinya dan istrinya yang sudah bersimbah darah tidak bernyawa.
***
Oh, andai saja kamu mengerti kalau hujan itu sebagai tanda. Bahwa langit sedang menangis merindu menatap kesucian hatimu yang mulai terkagum haru.. ( imammu 2010 )
Semenanjung Kowloon 22 Agustus 1994
Untuk anakku, ZUKHRUF YOSIAN KIM TAN
Honey, Aku tidak tau akan apa yang akan terjadi dengan kehidupan kita nanti. Aku menulis ini sebagai rasa syukurku atas kelahiranmu sekarang. Allah menitipakanmu sebagai anugrah besar yang tidak ternilai sama sekali. Sekecil apapun fisikmu yang baru berumur sekian jam kini, aku tetap bersyukur bahwa nilaimu benar-benar tinggi, nilaimu sebagai putriku, nilaimu sebabai pejuang doaku nanti, nilaimu.... yang benar-benar tidak ternilai.
Honey, seburuk apapun dirimu nanti, Ayahmu nanti, atau hidupmu nanti. Mamah mohon ,tidak perlu kau menambah perburuk hatimu karna kekecewaanmu terhadap Allah. “Kau mulai mengeluh kepada-Nya, tapi kau tidak boleh mengeluhkan-Nya”.
“Bisa kamu memberikan surat ini kepada suami Zu nanti, Aku tidak yakin bisa memberikan surat ini nanti kepada Zu. Terimakasih Kakak sudah menemani kelahiran ku, sampai harus datang ke Hongkong!. Padahal, Aku tau Kau sibuk di Jakarta”.
“Simpan saja surat itu sendiri Fathia, Aku hanya kasihan kepadamu. Ingat! Aku bukan Kakak kandungmu lagi, Kau lebih memilih suami Chinamu itu kan!. Bentak kakak Fathia sambil melemparkan surat kecil tadi. “Kau sudah menghancurkan kepercayan orang tuamu, keluargamu bahkan agamamu Fath!”.
“Aku masih seorang muslim Kak, percayalah padaku. Aku tau, Aku salah memilih, Aku tau aku melanggar syariatku, Lagian Yosi berjanji masuk islam setelah Zukhruf berusia remaja”. Seru Fathia Ibu Zu sambil terus meyakinkan Kakaknya sendiri. “Kau itu hanya dibodohi Fathia, Seharusnya Kau sadar. Dia itu seorang mafia, Kau tau itu membahayakan dirimu dan Zukhruf.”
“KALAU KAU MASIH MAU HIDUP DI NEGARA MAFIA INI. SILAKAN!” teriak perempuan itu dengan tegas. Sambil merapikan tasnya dan bersiap melangkah keluar dari kamar persalinan. “Kak Farihah,, Aku mohon..” panggil Fathihah sambil mengenggam tangan Kak Farihah dan mencoba menahan langkah Kakaknya. “Aku titipkan cinta Zukhruf kepadamu, Aku tidak tau bisa bertahan hidup sampai kapan di Hongkong. Aku tau aku yang salah, tapi ini sudah jalanku. Aku akan bertanggung jawab Kak!. Tapi aku mohon, tolong jaga Zukhruf dari jauh, lihat dia terus dari jauh, biarkan dia tetap bersama Ayahnya. Tapi, aku mohon jaga dia.
“Jika dia mulai menyukai seseorang biarkan saja dia, jika dia mulai keterlaluan bergaul biarkan saja dia. Tapi jika dia sudah terlalu hidup dalam kesedihan, tolong dekati dia. Yosi akan menjadi Ayah yang baik untuk Zukhruf, dia akan memberikan apapun untuk Zukhruf, karna sebentar lagi Yosi akan menjadi Mafia Berlian yang paling disegani di Hongkong”.
Farihah hanya bisa menghela nafas sambil menatap adiknya itu. “Betapa bodohnya Kau Fathia”. Umpat Farihah dalam hati. “Suratnya aku ambil, Ini pertemuan terakhir kita sebagai saudara, jika nanti kita bertemu di negara manapun. Anggap saja kita tidak saling mengenal. Kau, bukan adikku lagi”.
Farihah sudah menggenggam surat kecil itu sambil menahan tangis. Dia pergi meninggalkan ruangan persalinan tanpa mau menatap lagi adiknya. Farihah sempat berbalik badan sebentar, menatap Zukhruf kecil yang masih digendong Fathia Ibunya. “Semoga Allah mengijinkan kau bermuara dalam cinta terbaik milik-Nya”. Bisik Farihah dari jauh, lalu berlari meninggalkan ruangan.
***
Jakarta, 06 Maret 2008
Markas Besar BIN Republik Indonesia
Zu terlihat berlari terburu-buru turun dari mobil Lamborghini Veneno terbarunya. Tanpa pengawalan dari siapapun. Masih dengan seragam sekolahnya dia keluar mobil dengan rokoknya yang sudah hampir habis, sambil menghisap rokoknya terus masuk ke dalam markas itu.
Zu sudah membuang rokoknya di kamar mandi, dan segera mengganti baju seragam sekolahnys. Zu hanya mengenakan rok hitam selutut dan kemeja putih yang membentuk badanya yang idealnya itu, berbalut blezer hitam. Sengaja Zu membuka dua kancing kemeja atasnya, agar terlihat lebih menarik menurut Zu.
Dia segera menyapa semua orang di dalam markas besar intel itu dengan senyuman manisnya. Para intel muda disana hanya bisa diam membisu mentatap kecantikan Zu yang mirip mulai meracuni otak mereka. Zu yang memang mirip sekali dengan Vicky Zhao Wei artis china yang manis itu. Siapa yang tidak mengenal kecantikan Vicky Zhao Wei dalam drama sejarah kekaisaran Huan-Zhu.
Semua orang di dalam markaz tau bahwa Zu, gadis chines itu adalah pacar atasan mereka. Jadi tidak ada satu orangpun yang berani mendekati Zu, walaupun sekedar mengajak berbicara. “Ah, Zu. Berlian pun kalah mahal denganmu” bisik salah satu intel muda si markaz itu.
Mereka sangat sulit mengetahui identitas Zu yang sebenarnya. Zu yang memang sudah akrab dengan markaz itu dari dua tahun lalu dan selalu menjadi trending topic dalam obrolan intel-intel muda di markaz.
Secerdas apapun intel muda yang berda di dalam markaz BIN. Mereka hanya tau bahwa identitas Zu sebagai pacar dari pimpinan mereka sekarang. “Zein Farihah Wijaya” Pimpinan intel termuda itu, adalah lulusan terbaik sekolah intelejen negara. Karakternya benar-benar tegas. Di umur dua puluh tahun dia sudah menjadi penghafal Al-Qur’an sekaligus pimpinan intel milik negara.
Zu : Sekarang Kau sebagai pimpinan tertinggi dalam Badan Intelejen Negara ( BIN ), padahal umurmu masih sangat muda.
Zein : Allah yang menitipkan amanatnya, maka aku berusaha melaksanakan sebaik yang aku bisa. Lagi pula ini memang harapan ibuku.
Zu : Dulu aku berniat masuk sekolah intelejen sepertimu, tapi Ayahku marah mendengar anaknya mau menjadi intel.
Zein : Kenapa, harus marah?
Zu : Tidak perlu kau bertanya Zain, Kau tau sendiri Ayahku adalah seorang mafia.
Zein : Kau, seharusnya bisa mengambil pilihan yang tepat.
Zu : Ini adalah pilihanmu, semua rencanakupun itu adalah rencanamu.
Zein : Ini permintaann ibuku, dan Aku menyangupinya.
Zu : Apa ibumu sayang kepadamu ?
Zein : Dia sayang kepadamu dan kepadaku. Kalau bukan karnmu, Ibuku tidak akan memaksakan kehendaknya kepadaku untuk menjadi Intel. Kau tau, aku hanya ingin menjadi ahli agama, bukan ahli intel. Kau tau, aku hanya menyukai wanita muslimah yang menutup auratnya dengan rapi dan bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.
Zu : Aku tau, lalu masalahnya apa denganku ?
Zein : Ibuku memintaku segera menikahimu, karna dia sudah khawatir sekali dengan hidupmu yang semakin bebas itu.
Zu : Aku baik-baik saja dengan hidupku dan Ayahku. Walaupun Aku juga sudah lelah dengan kelakuan Ayahku sendiri.
Zein : Ayahmu itu mafia paling dicari, kau seharusnya bekerjasama denganku untuk menyelesaikan kasus ini.
Zu : Aku sudah membaca surat kecil dari ibuku yang dititipkan kepada ibumu. Aku tidak berniat bekerja sama denganmu. Aku akan berkencan dengan Kak Lee malam ini. Besok ulang tahunku, datanglah ajak tim intelmu untuk menghancurkan Ayahku. Jika kau berhasil, Aku akan menikah denganmu. Itu janjiku.
Langit menjadi saksi pembicaraan mereka, dalam hitungan detik setelah Zu meninggalkan Zein di kantornya. Zein langsung mengatur rencana penyerangan kerumah Zu yang sebenarnya sepupunya itu. Zein hanya bisa berteriak di dalam hati mencaci dirinya sendiri. Karna belum bisa menerima dengan ikhlas ketentuan jalan hidupnya sekarang.
***
Cerpen Semenanjung Kowloon
PART III
Farihah selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk putranya. Zein, namun setiap hari hidupnya tidak tenang dengan bayangan wajah adiknya fathia. Dia tau fathia akhirnya tewas menjadi korban di Hongkong. Dia juga tau Zu dan ayahnya hidup dalam bayangan ketakutan. Karna kasus pencurian berlian di dunia internasional sedang diurus semakin detail.
“Nak, apakah kau mau membantu ibumu?” Tanya farihah kepada Zein yang sedang membaca kitab tafsir tematik Risalah Nur yang berbahasa Turki. “Apa yang Aku bisa bantu Ummi?” jawab Zein.
“Nak jika nanti kamu menyukai seorang perempuan, tidak apa bila Ummi tidak tau, Karena mungkin kamu malu mengatakannya. Ibu hanya berpesan agar kamu tidak sembarangan mengutarakan perasaanmu kepadanya.Kalau kamu mau mengutarakannya maka kamu wajib mengabarkannya dahulu kepada Ummi dan Abi. Karena perkara itu bukan main-main.
Bila kamu belum cukup kuasa mengatakannya, Maka jagalah dia dengan kamu menjaga perasaanmu sendiri. Jangan sekali-kali kamu menyebut namanya sembarangan. Itu bisa menjatuhkan kehormatanya yang seharusnya kau lindungi. Kalau kamu mau diam, tapi tetaplah bergerak. Mudahkanlah urusannya dalam diam, tidak usah tampil sebagai pahlawan yang seolah-olah selalu ada ketika ia butuhkan. Sembunyilah di tempat yang aman, tapi kamu tetap terjaga untuk membuatnya aman.
Mudahkanlah urusannya, bantulah dia secara diam-diam. Buatlah dia bahagia diam-diam. Doakan dia secara ahsan... Kamu tau Zein, siapa yang Ummi maksud ?
Zein hampir menangis mendengar perkataan ibunya, dia tidak bisa berkata apa-apa. Dia tau semua hal tentang keluarga ibunya termasuk Fathia, adik dari ibunya sendiri. Dan dia faham betul bahwa Zukhruf adalah wanita yang ibunya maksud. Wanita china yang dulu menjadi alasan ibunya untuk membuat Zein menjadi intel. Wanita china yang sempat meracuni hati dan otaknya selama dua tahun terakhir. Bagaimana tidak, Zein sangat menyukai Zu sebagai laki-laki yang normal. Namun Zu bukan kriteria istri shalihah yang Zein harapkan.
“Doakan dia secara ahsan Zein...” Kalimat itu kini terngiang-ngiang di otak Zein. Malam ini dia akan menyelesaikan kasus pencurian berlian yang dilakukan ayahnya Zu. “Ketika kasus ini selesai Aku akan menikahi Zukhruf InsyAllah” Zein akhirnya mengetakan hal itu kepada ibunya.
“Ibu tau kau masih terpaksa Zein, Sesunggunya Ketidaksempurnaan itu terletak pada ketidaksempurnaanya. Kamu tau, Zukhruf adalah perhiasan Allah yang harus dijaga. Dia memang sedang direbutkan oleh banyak pihak sekarang. Dan dia sudah terlalu sering merusak dirinya sendiri. Tapi dia dalam keadaan ketakutan Zein, wajar dia melakukan semua itu. Dan dalam ketakutan itu, Kau adalah saudaranya yang paling dekat. Kau harus membantunya Zein...” Farihah sudah menangis di hadapan anaknya sekarang.
***
Lee mengejar Zu sampai ke Hongkong. Zein semakin khawatir. Rasanya dia benar-benar ingin segera menikah Zukhruf untuk melindunginya. Dia tau Lee bukan lelekai yang baik. Walaupun Zein merasa bersalah karena dalam penyerangan waktu itu. Banyak korban yang tewas termasuk Ayah Zu. Itu yang paling disesali Zein. Zein sadar bahwa Zu benar-benar marah dengan dirinya.
Zu memang tidak terlihat menagis dengan tewasnya Ayahnya sendiri. Tapi Zein mengerti bahwa Zu benar-benar merasa kesepian, dan akan melempiaskannya kepada pacarnya yang brengsek itu. Lee cowok yang sukai Zu sejak lama sekaligus anak dari mafia judi di Singapur.
Lee mengajak Zu tinggal di singapur selama beberapa bulan setelah kematian Ayahnya. Zein hanya bisa mengawasi mereka dari jauh. Zein tidak melepaskan Zu begitu saja. Dia tetap mengingat pesan ibunya untuk menjaga Zu secara diam-diam. Menyelsaikannya secara diam-diam. Tanpa perlu hadir sebagai pahlawan.
Di akhir musim hujan Zein mendapat kabar bahwa Zukhruf gadis yang sekarang mulai dia rindukan. Akan dijual oleh Lee, Karena Lee terikat hutang yang cukup banyak, sedangkan lahan uangnya yakni Zu sudah mulai miskin.
“LEE AKAN KUBUNUH KAU, SEKALI SAJA KAU MELUKAI ZUKHRUF” ancam Zein sambil mengatur rencana untuk mengambil Zu dari Lee yang jahat itu. Zein mengirimkan tiket penerbangan ke Hongkong sekaligus pengawalan intel Singapur untuk mengantarnya Zu ke Hongkong.
“Rekaman apa ini” Tanya Zu kepada dirinya sendiri sambil membuka rekaman itu dari emailnya. Zu kaget bukan main melihat rekaman itu, dia melihat Lee melakukan transaksi untuk menjual dirinya kepada seseorang. Lee laki-laki yang selama ini dia harapkan, laki-laki yang sudah dia berikan segalanya. Kini malah mau menjualnya karena hutang. Zu benar-benar marah, Takut menjadi satu. Lalu dia segera mengecek email berikutnya. Ternyata itu konfirmasikeberangkatan dari tiket pesawat yang dikirmkan Zein.
***
Zein pun langsung berangkat ke Hongkong bersama ibunya. Dan menyiapkan segala keperluan pernikahan disana. Zukhruf yang tidak tau apa-apa langsung di jemput di bandara internasional Hongkong. “Saya terima nikahnya Zukhruf Yosian Kim Tan bin Yosian Kim Tan”.
Pernikahan sudah selesai disalah satu masjid dekat New Kowloon. “Aku sudah menepati janjiku, terimakasih sudah membantuku Zein. Sekarang ijinkan aku bebas kemana saja”. Farihah ibu Zein kaget bukan main mendengar perkataan Zukhruf yang sekarang menjadi menantunya.
“Aku sudah mengikuti banyak mau muZein, Ketika dulu kau suruh aku bersyahadat, aku bersyahadat. Ketika Kau mengajak bekerja sama, aku juga membantumu bahkan sampai Ayahku tewas melindungku!”
“Aku sebenarnya ingin tinggal disini, sore ini ijinkan aku pergi sendirian ke pelabuhan Victoria. Setelah senja jemput aku, kalau kau masih mau menunggu keputusanku sebagai istrimu”. “Bolehkan aku memelukmu lagi seperti dulu” Tiba-tiba Kak Lee sudah ada di belakang Zu yang masih menatap matahari tenggelam di pelabuhan. Tanpa menunggu jawaban Zu, Kak Lee langsung memeluk Zu, sontak Zu langsung melepaskan pelukannya “ Ada apa Honey ?” Tanya Kak Lee kaget.
“Aku bukan Zu yang dulu Kak!” Jawab Zu sambil mundur menjauh. “ Aku bukan Zu yang bisa di peluk atau di cium seperti dulu Kak”. Zu terus mundur perlahan menjauhi Kak Lee. “Sebenarnya kamu kenapa Honey, Aku akan menikahimu nanti, jadi apa masalahnya?”.
Angin pelabuhan semakin lama, semakin menusuk tulang, membuat sendi-sendi tubuh tersa lebih tegang. Degup jantung Zu semakin cepat. Dia semakin takut dengan hal yang akan terjadi beberapa saat lagi, Sungguh Zu benar-bena
“Zu, kenapa kau semakin menjauh. Aku sudah mengejarmu sampai ke Hongkong. Dan kau menolakku?” Kak Lee terus mendekaati Zu yang sudah mendekati batas tiang dermaga, kalau Zu mundur lagi dia akan terjatuh ke Laut. “Aku mohon jangan mendekat Kak! Aku bukan Zu yang dulu”. Zu sudah hampir menagis karna benar-benar takut dengan hal yang akan dilakukan Kak Lee ketika mendekatinya.
“Aku tau, kamu bukan Zu yang kaya raya seperti dulu. Aku hanya ingin dirimu saja Zu seperti dulu, kamu faham kan?”. Zu sudah hampir menangis, badanya sudah lemas. Kakinya sudah bergetar sekali saking takutnya.”Aku tau, tapi aku tidak akan melakukannya denganmu!”. Jawab Zu dengan suara bergetar. “Hah ? Mau Aku bayar berapa kau! untuk pelacur seperti dulu!”. Bentak Kak Lee tiba-tiba dengan suara kasarnya.
Air mata Zu sudah tumpah membasahi pipinya, ini pertama kalinya Zu menangis dalam sepuluh tahun terakhir. Zu gadis yang dulu keras sekali hati dan prilakunya, kini menangis ketakutan. Dalam sepuluh tahun terakhir Zu tidak pernah takut dengan apapun. Dan kini dirinya benar-benar ketakutan. Dirinya kini benar-benar kecil sekecil berlian yang dulu Ayahnya hadiahkan. Tapi Zu merasa menjadi kecil tanpa nilai, “Aku sudah terlalu buruk Kak, Aku tidak ingin memperburuknya lagi!”. Kini Zu merasa bahwa dirinya akan benar-benar jatuh ke Lautan, karna Kak Lee sudah ada dihadapannya.
“Allah...Allah...Allah Engkau sebaik-baiknya tempat kembali” Batin Zu sambil memejamkan matanya pasrah.
***
Cerpen Semenanjung Kowloon
Part IV
Malam sudah mulai menggantikan senja dengan iringan hujan secara perlahan. “Maaf, Zu sudah menjadi istriku sekarang, Kau tidak bisa mendekatinya lagi”. Tiba-tiba seseorang menepuk punggung Kak Lee dengan tegas. “ Apa perlu Kau! Aku ajak ke kantor pencatatan pernikahan sipil” Tegur lelaki itu lagi. “Siapa Kau! Hah!” bentak Kak Lee. “Aku suami dari Zukhruf Yosian Tan”.
“Apa perlu aku panggil pihak keamanan karna kau menggangu istriku ?” Lelaki itu sudah menarik kerah kemeja Lee sambil mengecamnya. Lee hanya bisa diam menahan marah lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Zu langsung terduduk lemas, untuk berdiri saja dia benar-benar tidak bisa. Kini keringat dingginya sudah bercampur dengan derasnya hujan Hongkong.
“Aku akan kembali ke Indonesia besok, semoga kau baik-baik saja disini”. Seru Zein secara tegas sambil menatap lautan yang mulai ramai dengan cahaya mercusuar. “ Aku lebih baik di Hongkong, dari pada pulang ke keluarga mamah”. Jawab Zu pelan tidak kuasa menatap laki-laki yang mulai dia cintai di hadapannya.
Lelaki itu menatap sendu wajah Zu yang semakin pucat. Bibirnya bergetar mengigil tidak tertahan. “Itu pilihanmu, Zu. Aku tidak bisa memaksa”. Lelaki itu mulai membuka pembicaraan lagi dalam kekakuan yang tidak tertahan.
“Setiaknya kau merasa nyaman dengan rasa takutmu disini, ketimbang hidup bersama suamimu sendiri”. Bisik lelaki tegas itu sambil pergi meninggalkan Zu.
***
Indonesia
Insitut Ilmu Al-Qur’an Jakarta
22 Agustus 2015
Butiran-butiran kecil bening sudah mulai turun satu persatu dari langit, terbawa angin dari laut bagian selatan yang cukup jauh dari kota yang Zu tinggali sekarang. Kota dengan sedikit cerita yang mengubah bagian dalam kesucian hatinya. Semakin deras hujan membasahi daratan paling subur di Asia tenggara, Negara penuh kesucian yang dilewati garis khatulistiwa itu membuat Zu semakin diam tertunduk menatap kitab kecil yang ada di tangannya.
Zu sudah tidak bisa memandang langit atau melihat laut seperti di hongkong dulu. Untuk meraba kitab barunya itupun dia harus secara perlahan. “Mamah, sekarang Zu sudah ada di tempat terbaik untuk mendoakanmu dan Ayah”. Zu mulai berbisik pelan kepada dirinya sendiri. Zu akhirnya, dia memilih kembali ke negara asal Ibunya. Setelah kejadian lima tahun lalu.
“Apakah kau masih menolak Aku sebagai Imammu Zu?”. Tiba-tiba datang suara lelaki tegas yang dulu meninggalkanya di pelabuhan. “APAKAH KAU AKAN TERUS MENGHINDAR DARIKU ZU?”. Zu kaget bukan main dengan laki-laki yang sekarang mengengam tanganya. Zu mulai menangis membasahi cadarnya, air matanya tumpah membasahi khimar hitam yang dia pakai sekarang. Zu masih terus menangis lama sekali dihadapkan laki-laki tegas yang mengenggam erat tangannya.
Aku tau aku dulu hanya berstatus sebagai sepupumu, Aku tau!, Aku hanya saudara dari ibumu yang Kau lupakan, Aku hanya anak dari Kakak Ibumu, Aku hanya orang biasa yang terlambat memperjuangkan kesucian hati sepupunya sendiri. Maaaf, Sungguh maafkan aku.
Aku tau kau sedang belajar memantaskan diriku untukku. Aku faham kau menjauh untuk mendekatkan diri ke pada Allah, Agar Allah mengijinkan kau bisa dekat denganku. Aku tau kau masih merasa menjadi Zu yang dulu. Aku tau Zukhruf!.
Tapi sudah terlalu lama aku menjauh dan diam melihatmu berjuang sendirian. Aku sudah terlalu lama diam melihatmu memangis sampai matamu buta seperti ini. Semua ini sudah terlalu lama. Apakah kau masih mau menghindar dari suamimu ini ?
Zukhruf masih menangis sambil memegang kitab brailernya. “Aku tau kau sedang berjuang menghafal Al-Qur’an”. Sungguh, Aku ingin melindungi mu Zu sebagai istriku sekarang.
“Aku ini Imam mu, Imam yang Allah takdirkan untuk membimbingmu, menjagamu, menemanimu, dan bertanggung jawab atas dirimu”.
“Percayalah padaku Zukhruf”
The End.
Penulis : Umi Wijaya Lau
Dershane Turki
10 Agustus 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar