Semanjung Kowloon Agustus
Part I
Langit masih jadi pendiam sampai nanti Tuhan mengijinkannya mengatakan semua yang dia saksikan di bumi. Langit sebenarnya sedang berpura-pura tidak melihat kelakuanmu, berpura-pura tidak mendengar pembicaraanmu. Berpura-pura tidak peduli dengan kesombonganmu. Padahal, dia sudah hampir mau meledak melihat dirimu yang sangat sombong itu. ( catatan calon imammu 2008 )
Pemakaman San Diego Hills
Karawang Jawa Barat Agustus 2008
Zu masih saja diam tanpa ekspresi di depan makam ayahnya. Benar-benar datar tanpa ekspresi sedikitpun. Dia sama sekali tidak menangis, jika ada kaca pembesar di wajahnyapun sekarang. Sungguh, satu tetes air mata rasanya tidak pernah berlinang sama sekali di wajahnya yang chines itu.
Satu per satu kerabat ayahnya mulai pergi meninggalkan makam yang luas itu. Sedangakan Zu masih menatap kosong nisan ayahnya. Dia benar-benar sendiri sekarang. Tidak ada siapa-siapa disampingnya. Kecuali malaikat yang masih setia menunggu di sisi kira kanannya.
Ibunya sudah meninggal ketika ia berusia 2 tahun. Menyedihkan sekali melihat hidup gadis yang satu ini. Tapi sebenarnya, dia terlalu sombong untuk dikasihani sekarang.
“Hallo, Aku lagi di pemakaman Ayah, tunggu aja di tempat main golf” Zu baru saja menjawab telfon dari senior sekolahnya. Tidak sampai sepuluh menit, Zu sudah sampai di tempat bermain golf. “Gilaaa! ini pemakaman. Fasilitasnya lengkap banget, Golf ada, kolam renang ada, Restoran ada, sering-sering aja kamu ajak aku kesini Zu”.
“Emang siapa yang mau meninggal lagi. Hah ? Ayahku cuma satu, yang mafia itu” jawab Zu ketus sambil menatap jauh bola golfnya. Walaupun sebenarnya dia sedang menatap jauh ke arah makam ayahnya.
“Sejahat inikah diriku Tuhan, Aku hambamu yang selalu memaki Ayahnya sampai akhir hayatnya kini, Ada apa dengan hatiku Tuhan!”
***
Biar saja langit masih menjadi pendiam sekarang. Setidaknya, sekarang kamu masih bisa melakukan apapun sesuai nafsumu sampai ruh yang ada di dalam tubuhmu dicabut tiba-tiba. Toh, langit gak bakal berteriak dengan gemuruh petirnya karna melihat kemaksiatan yang kau lakukan setiap waktu. ( catatan calon imammu 2008 )
Istana Mafia Yosian Kim Tan
22 Agustus 2008
Ayahnya seorang mafia batu berlian paling terkenal di Hongkong. Baru beberapa hari yang lalu tepat dihari kelahirannya Zu. Dia diberikan cincin berlian termahal oleh ayahnya.
“The Moussaieff Red Diamond termasuk kedalam sepuluh berlian termahal di dunia. Kamu tau Honey, walaupun dia termasuk berlian yang paling kecil tapi dia memiliki nilai paling tinggi diantara berlian yang lain” ujar ayahnya saat itu.
“Ah, sudahlah! Aku tau harga berlian ini hanya enam puluh delapan miliar saja. Jadi, kau tidak perlu membanggakan pemberiamu yang murah itu!”
Sahabat-sahabat dari Senior High School Zu hanya binggung menatap kelakuan Zu yang berlebihan itu. Walaupun mereka tau Zu memang memiliki karakter yang buruk sekali. Tapi seharusnya diacara ulang tahunnya ini dia bisa mengendalikannya.” Ah, bukan Zu namanya kalau tidak buruk sikapnya” bisik salah satu sahabat dekatnya.
“Dia tidak murah Honey, dia kecil tapi tidak terlihat murahan sama sekali. Sungguh, ini benar-benar berlian paling mahal”. Ayahnya Zu mulai meyakinkan kembali sambil mengkondisikan pesta yang mulai tegang, karena Zu hampir saja melempar hadiah dari Ayahnya sendiri. Ayahnya terus merayu Zu agar menerima hadiahnya. Zu masih tidak peduli dengan Ayahnya sendiri, dia malah sibuk mengajak bicara Kak Lee yang dia sukai sejak lama. “Kak Lee mau minum bersamaku?”.
Zu sudah berjalan menuju bagian taman belakang rumahnya itu dan meninggalkan Ayahnya di depan teman-temannya sendiri. Sambil terus mengandeng erat tangan kakak kelas idolanya. Zu sudah terlihat menjadi ratu pesta pada malam itu, Zu memakai gaun panjang berwarna biru yang bagian belakanya terbuka membentuk huruf V. Rambutnya panjang keriting gantung berwarna merah keunguan membuat dirinya terlihat menjadi lebih dewasa dari umurnya.Dan badanya yang tinggi semampai kini sudah menyandar kedalam pelukan Kak Lee.
Rumah Zu kini sudah di sulap sesuai permintaannya. Tamannya sudah menjadi bar yang penuh dengan botol alkohol bermerek. Kolam renangnya sudah menjadi arena panggung diskotik high class, penari striptis sengja disiapkan untuk menjadi pusat perhatian teman-teman sekolahnya.
Muka Ayahnya sudah merah padam menahan malu sekaligus marah terhadap Zu. Degg ! Jantungnya mulai berdegup lebih cepat. Tiba-tiba suara sirine mobil kepolisan seakan menggantikan musik yang sedang diputar di istana Zu malam itu. “RUMAH ANDA SUDAH DIKEPUNG! SEGERA MENYERAHKAN DIRI BPK. YOSI” . Semua teman-teman Zu berteriak, berlari kesana-kesini tanpa bisa mengendalikan diri. Mereka berada dalam pengaruh alkohol dan obat yang benar-benar parah. Belum lagi sahabat-sahabat dekat Zu yang sedang asik berpacaran di dalam kamar tidur yang sengaja Zu sediakan untuk sahabat-sahabatnya itu. Mereka panik bukan main dengan keadaan yang benar-bena memalukan. Ah, Apalagi selain seks bebas. Itu sudah menjadi hal yang biasa saja bagi mereka.
***
Dentuman peluru saling bersahutan di dalam rumah Zu. Darah sudah tumpah dimana-mana. Beberapa teman sekolah Zu tewas di tempat. Mereka anak-anak mafia yang memang memiliki senjata api sempat melawan beberpa kali, namun akhirnya tewas. Mereka yang memang memiliki peran penting dalam pengedaran narkotika internasional. Sebenanya Zu tau, teman-temannya ini sudah menjadi incaran keamanan internasional sejak lama. Dia tetap sengaja mengadakan pesta besar dan memaksa Ayahnya untuk mengundang semua rekan mafianya.
Ayahnya menolak habis-habisan. Tapi akhirnya dia mengalah untuk putri kesayangannya. Dia juga sengaja mengundang teman-temanya yang sudah menjadi agen pemasaran narkotika internasional Asia. “Kau, mau mancing polisi! Hah?” Kurang lebih seperti itulah respon temannya. “Sudahlah, Ayahku akan mengirim keamanan mafia terbaik dari Hongkong, jadi kau tidak perlu khawatir”. Jawab Zu simpel.
Zu sudah merencanakan semuanya, dia ingin menyelesaikan semuanya. Dia sudah bosan dengan kekhawatiran yang selalu menghantuinya. Dia sudah kesal melihat Ayahnya dikejar-kejar intel negara. Dia sudah malas dengan kecemburuan sahabat-sahabatnya sendiri. Dan dia sudah benar-benar muak dengan teman-temannya yang selalu memanfaatkan kekayaanya.
“Awaaaaaaaass Zu, Teriak Ayah Zu sambil memeluk putrinya dari belakang. Wussh, Ayah Zu tertembak tepat dijantungnya sambil memeluk Zu. Ayah Zu sudah jatung ke lantai bersimbah darah, ditangannya masih tergenggam berlian nuntuk putrinya itu. Zu tidak berteriak sama sekali, dia masih diam mematung. Sebenarnya keinginanya tidak seperti ini. Benar-benar tidak seperti ini. “Seburuk-buruknya diriku, Aku tidak berniat menjebak Ayahku sendiri, Apalagi sampai membunuhnya”
***
Cerpen Semenanjung Kowloon
Part II
“Sejauh apapun kamu berlari dari kesaksian langit, dia akan terus menyaksikanmu”
Hongkong, China Selatan
Zu sedang berada di semenajung Kowloon,salah satu bagian daerah paling menawan dari Kota Hongkong. Semenanjung kecil yang palin terkenal di Asia dengan kemewahan gedung-gedung tinggi di pinggir lautnya. Semenanjung Kowloon memiliki pelabuhan terkenal yang menyimpan banyak sejarah. Pelabuhan Victoria, terlihat sekali dari namanya bahwa kota ini dulu adalah jajahan Inggris.
Victoria dulu selalu menjadi tempat yang Zu ingin kunjungi, Zu selalu menunggu hari jum’at untuk meminta Ayahnya untuk pergi ke pelabuhan. “Aku hanya ingin matahari tenggelam saja, sudah itu saja!”. Sebenarnya Zu adalah anak yang baik, tidak hedonis walaupun Ayahnya memiliki harta yang gak akan habis dimakan sepuluh generasi.
Bukit itu masih berdiri tegap sama seperti dulu, gradasi warna biru tua dengan senja sore berpadu menjadi lukisan yang selalu membuat rindu. Secara jelas menggambarkan bahwa malam akan segera datang, menyisahkan matahari yang lama-lama terus tenggelam lalu menghilang. Benar-benar menjadi backround alam yang membuat Zu sulit meninggalkan pelabuhan. “Andai Mama masih disini, pasti dirimu akan menangis darah melihat diriku yang rusak seperti ini”. Batin Zu sambil melihat bayangannya sendiri.
Bangunan-bangunan pecakar langit berbaris rapi berhadapan langsung dengan laut. Setiap tahun pembangunan gedung-gedung di Hongkong semakin tinggi. Tingkat kriminalpun tidak kalah tingginya. Ibu Zu meninggal karna menyelematkan Zu dari penyerangan kelompok mafia judi di Macau. Dulu Ibu Zu memang sengaja untuk bisa berjalan berdua saja tanpa pengawalan dari bawahan Ayah Zu. Hal itu menjadi kesempatan untuk musuh-musuh mafia judi yang lahanya di ambil Ayah Zu untuk judi berlian balas dendam.
Pertikaian terjadi di Central Macau saat itu. Ibu Zu yang bukan berasal dari bangsa Tionghoa dan terkenal sebagai istri dari mafia berlian, menjadi incaran para mafia untuk balas dendang kepada Ayah Zu yang mengambil lahan judinya. “Tidaaak usah menangis Honey,, Mama akan terus memelukmu”. Tetapi Zu tetap saja menangis melihat ibunya dipukuli oleh banyak orang, baju ibu Zu sudah koyak tidak kelihatan bentuknya. Darah segar sudah mengalir dari kepala ibu Zu yang ditusukan besi tajam. Punggung Ibu Zu sudah robek dengan garetan-garetan pisau yang tidak terhitung jumlahnya. Ibu Zu masih memeluk putri kecil saat itu, Zu yang masih kecil saat itu hanya bisa menangis dalam pelukan ibunya yang mulai melemah. Ibu Zu masih menahan tangisnya sambil berbisik kecil ke telinga Zu “Allah.... Allah.... Allah... Engkau sebaik-baiknya tempat kembali”.
Ibu Zu tewas tepat ketika pengawal Ayah Zu datang bergelombolan menembaki mafia judi yang tidak menyerang istri dari tuan mereka. Zu masih menangis bingung, dia benar-benar tidak tau dengan kejadian yang terjadi. Dia tidak tau kalau Ibunya sudah tewas, dia tidak tau kalau sekarang dia sendirian tanpa ibunya. Dia benar-benar tidak tau apa-apa. Zu segera di gendong kedalam pelukan Ayahnya. Ayah Zu menangis sambil memeluk putrinya dan istrinya yang sudah bersimbah darah tidak bernyawa.
***
Oh, andai saja kamu mengerti kalau hujan itu sebagai tanda. Bahwa langit sedang menangis merindu menatap kesucian hatimu yang mulai terkagum haru.. ( imammu 2010 )
Semenanjung Kowloon 22 Agustus 1994
Untuk anakku, ZUKHRUF YOSIAN KIM TAN
Honey, Aku tidak tau akan apa yang akan terjadi dengan kehidupan kita nanti. Aku menulis ini sebagai rasa syukurku atas kelahiranmu sekarang. Allah menitipakanmu sebagai anugrah besar yang tidak ternilai sama sekali. Sekecil apapun fisikmu yang baru berumur sekian jam kini, aku tetap bersyukur bahwa nilaimu benar-benar tinggi, nilaimu sebagai putriku, nilaimu sebabai pejuang doaku nanti, nilaimu.... yang benar-benar tidak ternilai.
Honey, seburuk apapun dirimu nanti, Ayahmu nanti, atau hidupmu nanti. Mamah mohon ,tidak perlu kau menambah perburuk hatimu karna kekecewaanmu terhadap Allah. “Kau mulai mengeluh kepada-Nya, tapi kau tidak boleh mengeluhkan-Nya”.
“Bisa kamu memberikan surat ini kepada suami Zu nanti, Aku tidak yakin bisa memberikan surat ini nanti kepada Zu. Terimakasih Kakak sudah menemani kelahiran ku, sampai harus datang ke Hongkong!. Padahal, Aku tau Kau sibuk di Jakarta”.
“Simpan saja surat itu sendiri Fathia, Aku hanya kasihan kepadamu. Ingat! Aku bukan Kakak kandungmu lagi, Kau lebih memilih suami Chinamu itu kan!. Bentak kakak Fathia sambil melemparkan surat kecil tadi. “Kau sudah menghancurkan kepercayan orang tuamu, keluargamu bahkan agamamu Fath!”.
“Aku masih seorang muslim Kak, percayalah padaku. Aku tau, Aku salah memilih, Aku tau aku melanggar syariatku, Lagian Yosi berjanji masuk islam setelah Zukhruf berusia remaja”. Seru Fathia Ibu Zu sambil terus meyakinkan Kakaknya sendiri. “Kau itu hanya dibodohi Fathia, Seharusnya Kau sadar. Dia itu seorang mafia, Kau tau itu membahayakan dirimu dan Zukhruf.”
“KALAU KAU MASIH MAU HIDUP DI NEGARA MAFIA INI. SILAKAN!” teriak perempuan itu dengan tegas. Sambil merapikan tasnya dan bersiap melangkah keluar dari kamar persalinan. “Kak Farihah,, Aku mohon..” panggil Fathihah sambil mengenggam tangan Kak Farihah dan mencoba menahan langkah Kakaknya. “Aku titipkan cinta Zukhruf kepadamu, Aku tidak tau bisa bertahan hidup sampai kapan di Hongkong. Aku tau aku yang salah, tapi ini sudah jalanku. Aku akan bertanggung jawab Kak!. Tapi aku mohon, tolong jaga Zukhruf dari jauh, lihat dia terus dari jauh, biarkan dia tetap bersama Ayahnya. Tapi, aku mohon jaga dia.
“Jika dia mulai menyukai seseorang biarkan saja dia, jika dia mulai keterlaluan bergaul biarkan saja dia. Tapi jika dia sudah terlalu hidup dalam kesedihan, tolong dekati dia. Yosi akan menjadi Ayah yang baik untuk Zukhruf, dia akan memberikan apapun untuk Zukhruf, karna sebentar lagi Yosi akan menjadi Mafia Berlian yang paling disegani di Hongkong”.
Farihah hanya bisa menghela nafas sambil menatap adiknya itu. “Betapa bodohnya Kau Fathia”. Umpat Farihah dalam hati. “Suratnya aku ambil, Ini pertemuan terakhir kita sebagai saudara, jika nanti kita bertemu di negara manapun. Anggap saja kita tidak saling mengenal. Kau, bukan adikku lagi”.
Farihah sudah menggenggam surat kecil itu sambil menahan tangis. Dia pergi meninggalkan ruangan persalinan tanpa mau menatap lagi adiknya. Farihah sempat berbalik badan sebentar, menatap Zukhruf kecil yang masih digendong Fathia Ibunya. “Semoga Allah mengijinkan kau bermuara dalam cinta terbaik milik-Nya”. Bisik Farihah dari jauh, lalu berlari meninggalkan ruangan.
***
Jakarta, 06 Maret 2008
Markas Besar BIN Republik Indonesia
Zu terlihat berlari terburu-buru turun dari mobil Lamborghini Veneno terbarunya. Tanpa pengawalan dari siapapun. Masih dengan seragam sekolahnya dia keluar mobil dengan rokoknya yang sudah hampir habis, sambil menghisap rokoknya terus masuk ke dalam markas itu.
Zu sudah membuang rokoknya di kamar mandi, dan segera mengganti baju seragam sekolahnys. Zu hanya mengenakan rok hitam selutut dan kemeja putih yang membentuk badanya yang idealnya itu, berbalut blezer hitam. Sengaja Zu membuka dua kancing kemeja atasnya, agar terlihat lebih menarik menurut Zu.
Dia segera menyapa semua orang di dalam markas besar intel itu dengan senyuman manisnya. Para intel muda disana hanya bisa diam membisu mentatap kecantikan Zu yang mirip mulai meracuni otak mereka. Zu yang memang mirip sekali dengan Vicky Zhao Wei artis china yang manis itu. Siapa yang tidak mengenal kecantikan Vicky Zhao Wei dalam drama sejarah kekaisaran Huan-Zhu.
Semua orang di dalam markaz tau bahwa Zu, gadis chines itu adalah pacar atasan mereka. Jadi tidak ada satu orangpun yang berani mendekati Zu, walaupun sekedar mengajak berbicara. “Ah, Zu. Berlian pun kalah mahal denganmu” bisik salah satu intel muda si markaz itu.
Mereka sangat sulit mengetahui identitas Zu yang sebenarnya. Zu yang memang sudah akrab dengan markaz itu dari dua tahun lalu dan selalu menjadi trending topic dalam obrolan intel-intel muda di markaz.
Secerdas apapun intel muda yang berda di dalam markaz BIN. Mereka hanya tau bahwa identitas Zu sebagai pacar dari pimpinan mereka sekarang. “Zein Farihah Wijaya” Pimpinan intel termuda itu, adalah lulusan terbaik sekolah intelejen negara. Karakternya benar-benar tegas. Di umur dua puluh tahun dia sudah menjadi penghafal Al-Qur’an sekaligus pimpinan intel milik negara.
Zu : Sekarang Kau sebagai pimpinan tertinggi dalam Badan Intelejen Negara ( BIN ), padahal umurmu masih sangat muda.
Zein : Allah yang menitipkan amanatnya, maka aku berusaha melaksanakan sebaik yang aku bisa. Lagi pula ini memang harapan ibuku.
Zu : Dulu aku berniat masuk sekolah intelejen sepertimu, tapi Ayahku marah mendengar anaknya mau menjadi intel.
Zein : Kenapa, harus marah?
Zu : Tidak perlu kau bertanya Zain, Kau tau sendiri Ayahku adalah seorang mafia.
Zein : Kau, seharusnya bisa mengambil pilihan yang tepat.
Zu : Ini adalah pilihanmu, semua rencanakupun itu adalah rencanamu.
Zein : Ini permintaann ibuku, dan Aku menyangupinya.
Zu : Apa ibumu sayang kepadamu ?
Zein : Dia sayang kepadamu dan kepadaku. Kalau bukan karnmu, Ibuku tidak akan memaksakan kehendaknya kepadaku untuk menjadi Intel. Kau tau, aku hanya ingin menjadi ahli agama, bukan ahli intel. Kau tau, aku hanya menyukai wanita muslimah yang menutup auratnya dengan rapi dan bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.
Zu : Aku tau, lalu masalahnya apa denganku ?
Zein : Ibuku memintaku segera menikahimu, karna dia sudah khawatir sekali dengan hidupmu yang semakin bebas itu.
Zu : Aku baik-baik saja dengan hidupku dan Ayahku. Walaupun Aku juga sudah lelah dengan kelakuan Ayahku sendiri.
Zein : Ayahmu itu mafia paling dicari, kau seharusnya bekerjasama denganku untuk menyelesaikan kasus ini.
Zu : Aku sudah membaca surat kecil dari ibuku yang dititipkan kepada ibumu. Aku tidak berniat bekerja sama denganmu. Aku akan berkencan dengan Kak Lee malam ini. Besok ulang tahunku, datanglah ajak tim intelmu untuk menghancurkan Ayahku. Jika kau berhasil, Aku akan menikah denganmu. Itu janjiku.
Langit menjadi saksi pembicaraan mereka, dalam hitungan detik setelah Zu meninggalkan Zein di kantornya. Zein langsung mengatur rencana penyerangan kerumah Zu yang sebenarnya sepupunya itu. Zein hanya bisa berteriak di dalam hati mencaci dirinya sendiri. Karna belum bisa menerima dengan ikhlas ketentuan jalan hidupnya sekarang.
***
Cerpen Semenanjung Kowloon
PART III
Farihah selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk putranya. Zein, namun setiap hari hidupnya tidak tenang dengan bayangan wajah adiknya fathia. Dia tau fathia akhirnya tewas menjadi korban di Hongkong. Dia juga tau Zu dan ayahnya hidup dalam bayangan ketakutan. Karna kasus pencurian berlian di dunia internasional sedang diurus semakin detail.
“Nak, apakah kau mau membantu ibumu?” Tanya farihah kepada Zein yang sedang membaca kitab tafsir tematik Risalah Nur yang berbahasa Turki. “Apa yang Aku bisa bantu Ummi?” jawab Zein.
“Nak jika nanti kamu menyukai seorang perempuan, tidak apa bila Ummi tidak tau, Karena mungkin kamu malu mengatakannya. Ibu hanya berpesan agar kamu tidak sembarangan mengutarakan perasaanmu kepadanya.Kalau kamu mau mengutarakannya maka kamu wajib mengabarkannya dahulu kepada Ummi dan Abi. Karena perkara itu bukan main-main.
Bila kamu belum cukup kuasa mengatakannya, Maka jagalah dia dengan kamu menjaga perasaanmu sendiri. Jangan sekali-kali kamu menyebut namanya sembarangan. Itu bisa menjatuhkan kehormatanya yang seharusnya kau lindungi. Kalau kamu mau diam, tapi tetaplah bergerak. Mudahkanlah urusannya dalam diam, tidak usah tampil sebagai pahlawan yang seolah-olah selalu ada ketika ia butuhkan. Sembunyilah di tempat yang aman, tapi kamu tetap terjaga untuk membuatnya aman.
Mudahkanlah urusannya, bantulah dia secara diam-diam. Buatlah dia bahagia diam-diam. Doakan dia secara ahsan... Kamu tau Zein, siapa yang Ummi maksud ?
Zein hampir menangis mendengar perkataan ibunya, dia tidak bisa berkata apa-apa. Dia tau semua hal tentang keluarga ibunya termasuk Fathia, adik dari ibunya sendiri. Dan dia faham betul bahwa Zukhruf adalah wanita yang ibunya maksud. Wanita china yang dulu menjadi alasan ibunya untuk membuat Zein menjadi intel. Wanita china yang sempat meracuni hati dan otaknya selama dua tahun terakhir. Bagaimana tidak, Zein sangat menyukai Zu sebagai laki-laki yang normal. Namun Zu bukan kriteria istri shalihah yang Zein harapkan.
“Doakan dia secara ahsan Zein...” Kalimat itu kini terngiang-ngiang di otak Zein. Malam ini dia akan menyelesaikan kasus pencurian berlian yang dilakukan ayahnya Zu. “Ketika kasus ini selesai Aku akan menikahi Zukhruf InsyAllah” Zein akhirnya mengetakan hal itu kepada ibunya.
“Ibu tau kau masih terpaksa Zein, Sesunggunya Ketidaksempurnaan itu terletak pada ketidaksempurnaanya. Kamu tau, Zukhruf adalah perhiasan Allah yang harus dijaga. Dia memang sedang direbutkan oleh banyak pihak sekarang. Dan dia sudah terlalu sering merusak dirinya sendiri. Tapi dia dalam keadaan ketakutan Zein, wajar dia melakukan semua itu. Dan dalam ketakutan itu, Kau adalah saudaranya yang paling dekat. Kau harus membantunya Zein...” Farihah sudah menangis di hadapan anaknya sekarang.
***
Lee mengejar Zu sampai ke Hongkong. Zein semakin khawatir. Rasanya dia benar-benar ingin segera menikah Zukhruf untuk melindunginya. Dia tau Lee bukan lelekai yang baik. Walaupun Zein merasa bersalah karena dalam penyerangan waktu itu. Banyak korban yang tewas termasuk Ayah Zu. Itu yang paling disesali Zein. Zein sadar bahwa Zu benar-benar marah dengan dirinya.
Zu memang tidak terlihat menagis dengan tewasnya Ayahnya sendiri. Tapi Zein mengerti bahwa Zu benar-benar merasa kesepian, dan akan melempiaskannya kepada pacarnya yang brengsek itu. Lee cowok yang sukai Zu sejak lama sekaligus anak dari mafia judi di Singapur.
Lee mengajak Zu tinggal di singapur selama beberapa bulan setelah kematian Ayahnya. Zein hanya bisa mengawasi mereka dari jauh. Zein tidak melepaskan Zu begitu saja. Dia tetap mengingat pesan ibunya untuk menjaga Zu secara diam-diam. Menyelsaikannya secara diam-diam. Tanpa perlu hadir sebagai pahlawan.
Di akhir musim hujan Zein mendapat kabar bahwa Zukhruf gadis yang sekarang mulai dia rindukan. Akan dijual oleh Lee, Karena Lee terikat hutang yang cukup banyak, sedangkan lahan uangnya yakni Zu sudah mulai miskin.
“LEE AKAN KUBUNUH KAU, SEKALI SAJA KAU MELUKAI ZUKHRUF” ancam Zein sambil mengatur rencana untuk mengambil Zu dari Lee yang jahat itu. Zein mengirimkan tiket penerbangan ke Hongkong sekaligus pengawalan intel Singapur untuk mengantarnya Zu ke Hongkong.
“Rekaman apa ini” Tanya Zu kepada dirinya sendiri sambil membuka rekaman itu dari emailnya. Zu kaget bukan main melihat rekaman itu, dia melihat Lee melakukan transaksi untuk menjual dirinya kepada seseorang. Lee laki-laki yang selama ini dia harapkan, laki-laki yang sudah dia berikan segalanya. Kini malah mau menjualnya karena hutang. Zu benar-benar marah, Takut menjadi satu. Lalu dia segera mengecek email berikutnya. Ternyata itu konfirmasikeberangkatan dari tiket pesawat yang dikirmkan Zein.
***
Zein pun langsung berangkat ke Hongkong bersama ibunya. Dan menyiapkan segala keperluan pernikahan disana. Zukhruf yang tidak tau apa-apa langsung di jemput di bandara internasional Hongkong. “Saya terima nikahnya Zukhruf Yosian Kim Tan bin Yosian Kim Tan”.
Pernikahan sudah selesai disalah satu masjid dekat New Kowloon. “Aku sudah menepati janjiku, terimakasih sudah membantuku Zein. Sekarang ijinkan aku bebas kemana saja”. Farihah ibu Zein kaget bukan main mendengar perkataan Zukhruf yang sekarang menjadi menantunya.
“Aku sudah mengikuti banyak mau muZein, Ketika dulu kau suruh aku bersyahadat, aku bersyahadat. Ketika Kau mengajak bekerja sama, aku juga membantumu bahkan sampai Ayahku tewas melindungku!”
“Aku sebenarnya ingin tinggal disini, sore ini ijinkan aku pergi sendirian ke pelabuhan Victoria. Setelah senja jemput aku, kalau kau masih mau menunggu keputusanku sebagai istrimu”. “Bolehkan aku memelukmu lagi seperti dulu” Tiba-tiba Kak Lee sudah ada di belakang Zu yang masih menatap matahari tenggelam di pelabuhan. Tanpa menunggu jawaban Zu, Kak Lee langsung memeluk Zu, sontak Zu langsung melepaskan pelukannya “ Ada apa Honey ?” Tanya Kak Lee kaget.
“Aku bukan Zu yang dulu Kak!” Jawab Zu sambil mundur menjauh. “ Aku bukan Zu yang bisa di peluk atau di cium seperti dulu Kak”. Zu terus mundur perlahan menjauhi Kak Lee. “Sebenarnya kamu kenapa Honey, Aku akan menikahimu nanti, jadi apa masalahnya?”.
Angin pelabuhan semakin lama, semakin menusuk tulang, membuat sendi-sendi tubuh tersa lebih tegang. Degup jantung Zu semakin cepat. Dia semakin takut dengan hal yang akan terjadi beberapa saat lagi, Sungguh Zu benar-bena
“Zu, kenapa kau semakin menjauh. Aku sudah mengejarmu sampai ke Hongkong. Dan kau menolakku?” Kak Lee terus mendekaati Zu yang sudah mendekati batas tiang dermaga, kalau Zu mundur lagi dia akan terjatuh ke Laut. “Aku mohon jangan mendekat Kak! Aku bukan Zu yang dulu”. Zu sudah hampir menagis karna benar-benar takut dengan hal yang akan dilakukan Kak Lee ketika mendekatinya.
“Aku tau, kamu bukan Zu yang kaya raya seperti dulu. Aku hanya ingin dirimu saja Zu seperti dulu, kamu faham kan?”. Zu sudah hampir menangis, badanya sudah lemas. Kakinya sudah bergetar sekali saking takutnya.”Aku tau, tapi aku tidak akan melakukannya denganmu!”. Jawab Zu dengan suara bergetar. “Hah ? Mau Aku bayar berapa kau! untuk pelacur seperti dulu!”. Bentak Kak Lee tiba-tiba dengan suara kasarnya.
Air mata Zu sudah tumpah membasahi pipinya, ini pertama kalinya Zu menangis dalam sepuluh tahun terakhir. Zu gadis yang dulu keras sekali hati dan prilakunya, kini menangis ketakutan. Dalam sepuluh tahun terakhir Zu tidak pernah takut dengan apapun. Dan kini dirinya benar-benar ketakutan. Dirinya kini benar-benar kecil sekecil berlian yang dulu Ayahnya hadiahkan. Tapi Zu merasa menjadi kecil tanpa nilai, “Aku sudah terlalu buruk Kak, Aku tidak ingin memperburuknya lagi!”. Kini Zu merasa bahwa dirinya akan benar-benar jatuh ke Lautan, karna Kak Lee sudah ada dihadapannya.
“Allah...Allah...Allah Engkau sebaik-baiknya tempat kembali” Batin Zu sambil memejamkan matanya pasrah.
***
Cerpen Semenanjung Kowloon
Part IV
Malam sudah mulai menggantikan senja dengan iringan hujan secara perlahan. “Maaf, Zu sudah menjadi istriku sekarang, Kau tidak bisa mendekatinya lagi”. Tiba-tiba seseorang menepuk punggung Kak Lee dengan tegas. “ Apa perlu Kau! Aku ajak ke kantor pencatatan pernikahan sipil” Tegur lelaki itu lagi. “Siapa Kau! Hah!” bentak Kak Lee. “Aku suami dari Zukhruf Yosian Tan”.
“Apa perlu aku panggil pihak keamanan karna kau menggangu istriku ?” Lelaki itu sudah menarik kerah kemeja Lee sambil mengecamnya. Lee hanya bisa diam menahan marah lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Zu langsung terduduk lemas, untuk berdiri saja dia benar-benar tidak bisa. Kini keringat dingginya sudah bercampur dengan derasnya hujan Hongkong.
“Aku akan kembali ke Indonesia besok, semoga kau baik-baik saja disini”. Seru Zein secara tegas sambil menatap lautan yang mulai ramai dengan cahaya mercusuar. “ Aku lebih baik di Hongkong, dari pada pulang ke keluarga mamah”. Jawab Zu pelan tidak kuasa menatap laki-laki yang mulai dia cintai di hadapannya.
Lelaki itu menatap sendu wajah Zu yang semakin pucat. Bibirnya bergetar mengigil tidak tertahan. “Itu pilihanmu, Zu. Aku tidak bisa memaksa”. Lelaki itu mulai membuka pembicaraan lagi dalam kekakuan yang tidak tertahan.
“Setiaknya kau merasa nyaman dengan rasa takutmu disini, ketimbang hidup bersama suamimu sendiri”. Bisik lelaki tegas itu sambil pergi meninggalkan Zu.
***
Indonesia
Insitut Ilmu Al-Qur’an Jakarta
22 Agustus 2015
Butiran-butiran kecil bening sudah mulai turun satu persatu dari langit, terbawa angin dari laut bagian selatan yang cukup jauh dari kota yang Zu tinggali sekarang. Kota dengan sedikit cerita yang mengubah bagian dalam kesucian hatinya. Semakin deras hujan membasahi daratan paling subur di Asia tenggara, Negara penuh kesucian yang dilewati garis khatulistiwa itu membuat Zu semakin diam tertunduk menatap kitab kecil yang ada di tangannya.
Zu sudah tidak bisa memandang langit atau melihat laut seperti di hongkong dulu. Untuk meraba kitab barunya itupun dia harus secara perlahan. “Mamah, sekarang Zu sudah ada di tempat terbaik untuk mendoakanmu dan Ayah”. Zu mulai berbisik pelan kepada dirinya sendiri. Zu akhirnya, dia memilih kembali ke negara asal Ibunya. Setelah kejadian lima tahun lalu.
“Apakah kau masih menolak Aku sebagai Imammu Zu?”. Tiba-tiba datang suara lelaki tegas yang dulu meninggalkanya di pelabuhan. “APAKAH KAU AKAN TERUS MENGHINDAR DARIKU ZU?”. Zu kaget bukan main dengan laki-laki yang sekarang mengengam tanganya. Zu mulai menangis membasahi cadarnya, air matanya tumpah membasahi khimar hitam yang dia pakai sekarang. Zu masih terus menangis lama sekali dihadapkan laki-laki tegas yang mengenggam erat tangannya.
Aku tau aku dulu hanya berstatus sebagai sepupumu, Aku tau!, Aku hanya saudara dari ibumu yang Kau lupakan, Aku hanya anak dari Kakak Ibumu, Aku hanya orang biasa yang terlambat memperjuangkan kesucian hati sepupunya sendiri. Maaaf, Sungguh maafkan aku.
Aku tau kau sedang belajar memantaskan diriku untukku. Aku faham kau menjauh untuk mendekatkan diri ke pada Allah, Agar Allah mengijinkan kau bisa dekat denganku. Aku tau kau masih merasa menjadi Zu yang dulu. Aku tau Zukhruf!.
Tapi sudah terlalu lama aku menjauh dan diam melihatmu berjuang sendirian. Aku sudah terlalu lama diam melihatmu memangis sampai matamu buta seperti ini. Semua ini sudah terlalu lama. Apakah kau masih mau menghindar dari suamimu ini ?
Zukhruf masih menangis sambil memegang kitab brailernya. “Aku tau kau sedang berjuang menghafal Al-Qur’an”. Sungguh, Aku ingin melindungi mu Zu sebagai istriku sekarang.
“Aku ini Imam mu, Imam yang Allah takdirkan untuk membimbingmu, menjagamu, menemanimu, dan bertanggung jawab atas dirimu”.
“Percayalah padaku Zukhruf”
The End.
Penulis : Umi Wijaya Lau
Dershane Turki
10 Agustus 2015
SEMENANJUNG KOWLOON HONGKONG
Minggu, 09 Agustus 2015
Diposting oleh
Unknown
di
10.35
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

My Syariat Is My Style II
Selasa, 09 Juni 2015
“Jika akhirnya kamu tidak bersama dengan orang yang
sering kamu sebut dalam doamu, Mungkin kamu akan dibersamakan dengan orang yang
diam-diam sering menyebut namamu dalam doanya”
Sekarang
aku udah jadi anak kampus nih. Bukan lagi anak aliyah yang ketika UN pake acara
telat (masa lalu biarlah masa lalu :D )#sambilnyanyi. Aku Fara Azali sudah
hidup sekitar 20 tahun di belahan bumi yang dilewati garis katulistiwa bernama
Indonesia. Kampusku terletak di selatan
Jakarta bukan Jakarta selatan. Aku punya seorang abang yang memiliki jabatan
duniawi cukup tinggi di kampusnya. Entahlah kalau jabatan ukhrawi, Namanya Syafril Fatih Presiden psikologi UI.
Aktifis Dakwah, Hafidz, Vocalis Nasyid Nafs Voice. Ini bukan promosi loh! Cuma
lagi cuci gudang aja. Hahaha #Edisi Terbatas
Jaamiatul
Ulumul Qur’an Jakarta merupakan kampus khusus untuk kaum paling manis di dunia
bernama wanita. Disini gak ada kaum so cool yang kadang bikin PHP sampai gak
berujung. Ciee yang sering di PHPin kayanya lagi senyum-senyum sendiri nih.
Hahahha, Sebatas Informasi aja gak ada satupun kaum itu di kelas ataupun di
loby kampus kami #dijamin, kecuali pak satpam sama dosen ushul fiqih. Hahahhaha
Di
loby kampus tinggal beberapa mahasiswi tarbiyah yang belum pulang. Seertinya masih
asik menunggu, padahal kalo aku mah lebih baik ditunggu dari pada menunggu
#Cieeee #SoSweaaat :D . Kampus kecil nan
manis ini, sama seperti mahasiwanya yang manis-manis. Apalagi mahasiswa
tarbiyah :D ! Kita selalu menunggu dan ditunggu bis jemputan dari asrama.
Saking setianya sama bis yang satu ini, belom sampai depan gerbang kampus,
biasanya kita udah lari-lari hampir ke pertengahan jalan. Enggak separah akang
begal sih, tapi cukup kelihatan sadis buat mahasiswa manis-manis kayak kita
ini. Hahaha, bayangin aja pakai gamis, bawa buku-buku tebel, lari-lari ke
jalanan terus berebut masuk bis yang belum parkir !!! #Exstrim kan !
Udah
sore, cukup mendung tapi belum hujan. Semoga hujan cepat turun, biar dia gak
jadi datang. Hujan cepatlah turun, biar nanti aku kehujanan sendiri. Aku lebih
baik kehujanan sendirian dari pada harus kehujanan berdua. Lebih baik sendirian
pokoknya ! Gak mau berdua.
“Far
kamu mau pulang kedepok, gak mau ikut ke
asrama aja ?” Tanya mba Ana ketua kelasku yang lagi sibuk dengan kedatangan
saudaranya dari korea. “Enggak mba, Abi sama ummi sekarang tinggal di depok
nemenin bang Syafril yang masih jomblo padahal udah wisuda setahun yang lalu”.
“Hahhhaa,Yowis
aku muleh yo Far! Hati-hati kampus udah sepi”.
“Iya
mba, masih ada orang mau ditemui nih” Jawabku sambil mengantarnya ke gerbang
depan. “Hati-Hati yo mba, kalo ada apa-apa sebut aja nama fara tiga kali
dijamin nambah galau”. Dia hanya membalas dengan senyum khas koreanya itu.
***
Sudah
hampir satu jam aku diloby kampus. Sekarang sudah jam enam sore dan hujan sudah
cukup turun cukup deras sekarang. Ini sudah kesekian kalinya dia terlambat.
Sudah dari jaman Aliayah dulu, dia sering telat dari waktu janjian yang ia
buat. Entah itu rapat osis, rapat rohis, atau rapat kelas. Telaatt teruus !
Semoga aja untuk rapat pernikahannya nanti dia gak telat. Hahahha
Adzan dari masjid Fathullah juga
sudah berkumndang. Ah, Ciputat memang daerah kecil penuh cerita, yang selalu
membuat sendu kalau hujan. Aku langsung berlari dari kampus, aku gak suka payung
jadi sengaja gak bawa payung. Biarlah hujan membasahi tubuhku, asalkan jangan
air matamu yang membasahi hidupku. #Lebay ah.
Halte
kampus tetangga sudah penuh dengan orang-orang yang berteduh. Aku sekilas melihat
ke arah halte berharap dia juga ada disana. Kenapa juga aku harus berharap sama
manusia sih ! “Aku sudah sering merasakan berbagai macam kepahitan di dunia,
dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia”(Ali Bin Abi Thaib).
Aku
langsung ingat perkataan sahabat rasul yang terkenal dengan kecerdasannya itu.
Astagfiruallah, maafkan Fara ya Rabb. Masjid Fatuallah sudah mulai
mengumandangkan iqamah, aku harus segera berlari untuk mendapatkan jamaah.
Bruukk
!!! “Uh, sakit sekali kakiku”. Mau langsung bangun rasanya, tapi kakiku
sepertinya kaku seketika. Buku-bukuku juga langsung jatuh berantakan di tengah
hujan. Aduhh, jadi basah semua kan. “Siapa sih jalan gak liat-liat !” Aku
langsung teriak di hadapan orang asing itu.
“Fara,
maafkan aku” Wajahnya asing sekali, tapi suaranya benar-benar gak asing
buatku. “Fara, kamu bisa berdiri kan ?”
dia menyebut namaku lagi. Perasaan aku gak pake name tag dan gak nempel KTP di
keningku deh. “Heii Fara sekertarisku, kamu gak kenapa-kenapa kan?”
“Hah
Pak Ketua, Boy Zuniarsaaaa !”
“Kita
udah hampir lima menit di depan masjid berduaan nih Far, kamu gak liat kalau
kita jadi pusat perhatian orang-orang yang mau shalat. Ini udah kaya drama
korea kesukaanmu dulu waktu aliyah, Aku mayungin kamu, dan aku kehujanan tanpa
payung. Buku-bukumu aku yang rapiin dan kamu masih duduk diam menatap bingung
di hadapanku sekarang. Sama banget kan sama Korea ?”
Aku
bener-bener barus sadar sekarang. Kemungkinan besar orang-orang yang dari tadi
lewat mikir kalo kita ini pacaran yang lagi berantem. Hadoohhh, mana wajahku
merah karna kesakitan gini, bisa dikira orang kalau aku lagi nahan nangis.
Tapi, aku gak mau sudzon lah, mana ada sih orang pacaran berantem di depan
masjid. Lagian ada saksi juga kayanya kalau aku ketabrak Boy ketika lagi lari ngejar jamaah di masjid.
“Kamu gak
bisa berdiri ya ?” Tanya Boy lagi, wajahnya benar-benar keihatan khawatir
sekarang. “Aku bisa sendiri”. Jawabku singkat dan langsung memaksakan berdiri.
“Ahh, sakit banget” gak boleh teriak Far, kamu bisa ! (Batinku). “Fara, sini
tasmu biar aku yang bawa!” Boy langsung mengambil tas ranselku tanpa menunggu
jawabanku. Sambil memayungiku dari belakang. Sepertinya dia tau, kalau aku lagi
menahan sakit. “Maafkan aku, kita bukan muhrim jadi aku bisa menggendongmu”. Inikah
dirimu yang sekarang Boy, bukan dirimu yang dulu, yang suka memaksa.(Batinku)
“Sesakit
apapun aku, aku gak akan melanggar syariatku Boy. Dan aku juga tau kau akan
melakukan hal yang sama jika itu terjadi denganmu”.
***
Hujan
sudah turun hampir dua jam setengah. Malam sudah mulai pekat dengan gemuruh
petir yang saling bersahutan. Sekilas gamabaran tiga tahun yang lalu setelah UN
aliyah. Aku langsung dikirim Abi ke Jakarta setelah acara silaturahmi kelurga
ka Wahyu yang niatnya mau melamarku saat
itu. Padahal wajahnya ka Wahyu mirip banget sama Lee Min Hoo itu. Dia teman LDK
(Lembaga Dakwah Kampus) Bang Syafril. Aku juga kaget, dan saking kagetnya buat
aku mau lari dari dunia nyata dan masuk dunia dongeng aja. Cukup jadi putri
tidur sehari tanpa pangeran dan kurcaci. “Aku mau tidur seharian aja Bi, nanti
kalau keluarga ka Wahyu datang bilang aja, aku lagi jadi putri tidur dan gak
bisa bangun kecuali denger adzan”. Dulu aku polos banget kan, Hahahha.
Abi
sebenarnya mendukung aja anaknya menikah muda. Tapi Ummi nolak banget. Alasan
ummi menolak bukan karna aku masih terlalu muda untuk nikah. Tapi karna, kalau
aku nikah ummi gak punya temen masak , gak ada punya temen curhat, gak punya
temen yang sering ngajakin shopping, ga punya temen buat bikin kue, dst.
Alasannya gara-gara itu doang! ummi tiga tahun lalu juga polos banget. Hahhahha
Percakapan
Abi yang masih aku ingat ketika itu adalah “Fara mau menhgafal Qur’an dulu di
Jakarta, dia bilang mau jadi hafidzhah. Malu sama ka Wahyu yang sudah hafidz
dari kecil”. GUBRAAKK !!! Rasanya ada bola api yang tiba-tiba masuk kamar dan
ngebakar semua novel sama komik milikku. Aku kan mau kuliah jurnalis di
Semarang. Jadi penulis novel atau animator komik di jepang. Abi bener-bener
parah banget ngasih jawabanya, udah tau aku gak suka menghafal.
Bang
Syafril cuma bisa senyum-senyum melirikku saat itu. Aku menginjak kakinya. Itu
balasan untuk permasalahan ini. Huft,, biarlah, namanya juga kehidupan. Harus
ada yang di korbankan, ada yang harus diperjuangkan. Demi perjuangan Abi yang
udah nolak lamaran Ka Wahyu, aku akan menghafal. #SambilNangis.
***
Via Whats
App :
My
Brodther : Fara. Boy baru balik dari Madinah sama malika adik perempuannya.
Malika lagi di UIN ketemu temannya sebentar. Nanti kalian pulang bertiga yah.
Me : Kenapa
dia gak langsung bilang ke aku ?
My
Brodther :Lebih sopan lewat abang katanya, jadi dia menyampaikan ke abang dulu.
Baru abang menyampaikan ke kamu.
Me :
Sejak kapan dia jadi alim kayak gitu -_-“ ?
My
Brodther : Sejak dia mengenal Rabbnya dengan baik.
Menarik
nafas sebentar, lalu mencoba mengingat kejadian-kejadian aliyah dulu. Boy
Zuniarsa Putra ketua osis terbaik sepanjang abad masa anak alay 2012. Sekaligus
teman debatku dulu, kita gak pernah sependapat dalam hal apapun. Kalau judul
awalnya forum diskusi sekolah, ujung-ujunya kita tetap debat. Ketua genk alay
yang sering di teriak-teriakin fens klubnya ketika main basket. “Ayo Booy kamu
pasti bisa” atau ada juga adik kelas
yang neriakin kayak gini “Kakak Booy aku padamuuu”. Ihh, alay banget
kan!
Wajah Boy
lebih mirip Woo Bin lawan main Lee Min Hoo di film The Heirs. Kalau sekolah
motornya yang paling banyak ngambil tempat. Motornya bukan kaya Herley sih,
tapi ninja yang guedeee bingitz. Dia gak pernah pacaran, tapi mantan calon
pacarnya dimana-mana. Alias kaum PHP yang tebar pesona di mana-mana dan sering
bikin geer orang. Nyebelin banget kan !
Aku
selalu menjadi rivalnya untuk prestasi akademik di sekolah. Kadang aku juara
satu dan dia juara dua, atau sebaliknya. Sering juga jadi korban labrakan kakak
kelas yang ngefens juga sama Boy itu hal paling buruk di masa aliyah dulu.
Hampir-hampir aku dikunciin di gudang belakang sama fens klub Boy yang fanatik
itu. Untung aja, Ka Wahyu yang waktu itu sedang jadi guru pengawas melihat
kejahatan mereka. Alhamdulilah masih terlindungi. Setelah itu, Ka Wahyu marahin
Boy abis-abisan di ruang BK. Jadi kalau sekarang buat Whats App aku aja lewat
bang Syafril dulu, berarti dia benar-benar berubah. Semoga aja seseorang di
hatinya juga berubah. #BukanBerharap
***
“Assalamualaikum
kak Fara, Aku malika adiknya Abang Boy” Tiba-Tiba ada gadis manis berjilbab
putih yang menutup hampir setengah tubuhnya menghampiriku. “Walaikumsalam, iya
malika. Aku masih inget kamu kok” Jawabku sambil memeluknya. “Kakimu gimana
kak, tadi Abangku bilang kamu jatuh kak” Aku hanya menjawabnya dengan senyum.
“Kerumah sakit sebentar yah, seteah itu kita buka puasa terus ke depok”. Aku
sebenarnya malas kalau harus kerumah sakit.
“Bang Boy
puasa soalnya kak, kalau aku lagi gak puasa, mau yah ?”
“Gini
aja, kamu beliin abangmu makanan, kamu juga sekalian beli buat kamu. Terus ajak
abangmu makan di pelataran masjid” Bukannya aku enggak mau bergabung makan
dengan mereka. Kakiku benr-benar sakit sekarang, jadi lebih baik aku meunggu
disini dari pada merepotkan mereka.
“Kakimu
pasti sakit sekali yah?” Malika mulai khawatir. “Gamismu juga basah kak!”. Aku
hanya tersenyum menjawab perhtiannya. “Cepatlah, kasihan abangmu kelaparan”.
Aku langsung menyuruhnya pergi, setidaknya itu mengurangi pertanyaan-pertanyaan
khawatir darinya.
“Aku tau ini kesekian kalinya aku terlambat menemuimu
Fara. Aku akan mengejarmu dengan ketertinggalanku dulu dalam masalah syariat.
Walaupun harus berlari, Setidaknya aku belum terlambat untuk mengejar janji
terbaikku untumu sekarang” (Boy Zuniarsa Putra )
Bersambung…. My Syariat Is My Life III
Dershane 9 Juni 2015-06-09
Pukul 02: 05
***
Diposting oleh
Unknown
di
08.39
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

My Syariat My Style
Sabtu, 16 Mei 2015
Hah
!!! Lima menit lagi ?
Aku
sudah berkali-kali melirik jam tangan. Gak lucu kan, ujian nasional hari
pertama telat. Terus jadi pusat perhatian satu sekolah, ihh malu banget !
Masa Calon putri Indonesia telat
UN ? Apa kata, anggota KPK “ Belom jadi Putri Indonesia aja udah
korupsi waktu” Hahaha. Bikin senyum-senyum sendiri kalau udah
ngebayangin jadi Putri Indonesia beberapa tahun lagi. Fighting Putri Indonesia
2016 !!! Hehehhee...
“Dek, kok senyum-senyum sih ?”
“Udah biasa mba, dia mah emang
gitu orangnya”
Jahat sekali Abangku yang satu
ini. Gak bisa, ngeliat adiknya senyum-senyum bahagia. Huft, kenapa juga mba-mba
itu fokus sama seyuman manisku. Nanti meleleh, tau rasa dia !
Lampu merahnya kok lama sih. Mana
Mba-mbanya masih ngeliatin terus lagi.
Sekolahanku juga masih jauh dari pelupuk mata. Tiang benderanya aja belom
keliatan.Belum lagi Bang Syafril
bawa sepedenya lambat banget. Lengkap sudah semuanya pagi ini.
“Bang ngebut aja sih 80/KM , aku
udah telat ini”. Satu detik berlalu, dua detik berlalu, tiga detik, Satu menit,
dua menit, tiga menit terus sampai lima menit gak ada jawaban juga. “Bang, mau
ngebut atau aku bilangin Ummi kalau kamu sekarang lebih suka main get rich dari
pada ngaji !” Sebenarnya mau dia ngebut atau enggak, aku bakal tetep lapor atas
nama kebenaran ! Hhahhaa
Ancaman paling ampuh adalah
mengancam atas nama kebenaran. Satu detik, dua detik, tiga detik, tik-tok !
“Oke, Fix 80/KM Goooo”. Wuushhh, Bang Syafril udah kaya Valentino Rossa nih
sekarang. Eh, maksudnya Valentino Rossi diakan cowok. Wkwkwk
Cuma ada satu harapanku ketika
ngebut sama Bang Syafril kali ini. “Tunggu aku pa satpam, jangan kau tutup
hatimu untukku :D”. Kalau pa satpam gak mau bukaain pintu, alamat aku gak ikut
Ujian nasional dan tertunda jadi Putri Indonesia. Tidaaakkkk !!!
***
To : Fara Azali
Angin bawa aku berlari jauh,
biarkan aku pergi bersamamu. Ikut angin muson juga gak apa-apa, terserah mau
dibawa kebenua yang mana. Asal gak terombang-ambing kayak gini, gak jelas, gak
ada arah, gak ada tujuan. Kompas juga udah gak berguna lagi sekarang. Walaupun
ada GPS atau google maps.Karna Aku tetap terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Ehem, aku pura-pura sedikit batuk
sambil melirik kanan-kiri. Bukan karna mau nyontek. Tapi kok bisa-bisanya ada
yang ngirim surat kayak gini. Paket
Internetnya lagi abis kali. Kirim aja sih ke bbm, whats app, instagram, atau
apalahIah asal jangan surat. Nanti juga ketauan siapa yang nulis, tinggal aku
bawa ke bang Syafril, anak psikologi kan bisa nganilisis gaya tulisan. Tulisan
aja bisa dianaisiss, apalagi hati kamu. Eaaaaa..aa..aa
“Susthh, Fara! Soal tentang
preventif interaksi sosial jawabanya apa ?” Boy udah mulai beraksi sekarang
sambil bisik-bisik. Gak tau apa! kalau calon putri Indonesia 2016 lagi sibuk
menerima surat dari fens rahasia.
“ Fara apa jawabannaya ?” Ihh,
nih anak! katanya mau ke madinah iku tes kementrian agama. Tapi kok interaksi
sosial aja masih nanya.
“Interaksi Sosial yang mana, kan
ada tiga Boy ?” Aku akan mengabaikan surat aneh ini. Cukuplah aku saja yang tau
kalau aku punya fens. Karna boy juga gak mau tau kalau aku lagi baca surat dari
fens antah-berantah. Lagian yang dia mau cari tau adalah jawaban tentang interaksi sosial dariku.
“Itu yang tentang interaksi di
dalam pacaran” Boy udah celingak-celinguk ngeliat pengawas. Aku juga sih sebenernya.
Dag-dig-dug gimana gitu diliatin pengawas yang mirip Lee Min Hoo. Hahhahaa,
walaupun aku mah sebenernya bisa seneng-seneng aja diliatin terus sama Lee Min
Hoo. Tapi karna aku muslimah yang taat, aku akan banyak istigfar kalo diliatin
terus. #Istigfar Fara
“Ohh,, jawabanya itu ada di
wacana paragraf terakhir, intinya lebih baik jadi jomblo atau bahasa kerenya
single dari pada pacaran, itukan termasuk pencegahan sebelum terjadi
(Preventif)”.
Boy sempat mengerutkan kening
setelah mendengar opiniku. Mungkin karna gak setuju dengan perkataanku barusan.
“Jomblo kan takdir Far! Kalau single itu pilihan”. Tuh, kan dia malah ngejawab
balik. Alamat bakal panjang ceritanya nih. Dasar Boy !
“Apa bedanya sih Takdir sama
pilihan Boy, inget kan tentang materi takdir yang terbagi dua. Yakni mubrom dan
mualaq, lantas pilihan itu apa ?” Skak Mati Boy Zuniarsa Putra !
Satu detik, dua detik, tiga
detik, Tik-tok, Tik-tok. “Aku setuju Fara Azali” Boy menjawab dengan nada
datar. Lalu melanjutkan mengerjakan soalnya tanpa ucapan terimakasih. Dialah
Boy, mantan ketua osis yang korelisnya minta ampun.
Aku pun melanjutkan menjawab
soal-soal yang masih menanti untuk dijawab. Karna soal-soal aja menunggu
kepastian untuk dijawab, apalagi kamu . Hahahha
Aku tau dari tadi kakak Lee Min Hoo, sudah
pusing melihat kita berdua diskusi masalah jomblo atau single. Tapi, sepertinya
dia malas bangkit dari kursi panasnya. Hipotesis awalku sih, kakak Lee Min Hoo
lagi galau nunggu balesan Bbm. Coba aja, kaka bbmnya sama aku dijamin gak akan
galau deh. Paling langsung speechless.
Hahahha
Jadi inget status bbm Bang
Syafril beberapa hari yang lalu “ Harga bbm mau naik atau mau turun aku mah udah gak peduli, tapi kalo bbm kamu cuma
di read doang, jadi ngerasa kalau aku mah apa atuh”.
***
Tik-tok,, tik-tok,, udah lima
belas menit. Abangku telat dari jadwal penjemputan adik manisnya ini.
Kemungkinan pertama ban sepedanya bocor, kemungkinan kedua dia lagi makan siang
sama ummi di sekolahan, kemungkinan ketiga dia lama-lamain naik sepedanya
supaya aku belajar tentang kesabaran yang gak ada batasnya. Allahuakbar !!!
Halte
sekolah masih ramai, dan aku masih menunggu Abang Syafril yang entah ada dimana.
Ternyata menunggu itu gak enak, sepertinya lebih baik ditunggu deh. Besok-
besok aku maunya ditunggu ajalah, gak mau menunggu. Eaaa,, kode nih buat kamu
yang udah ada di lauhul mafudz.
Dari gerbang sekolah sudah
lumayan banyak teman-teman yang pulang. Pa Satpam juga udah sibuk ngatur
antrian mobil dan motor yang keluar. Itu motor siapa lagi warnanya kuning,
ngambil jalur parkir lumayan banyak pula. Aku tau itu motor! Ninja Kuning yang biasanya dipanggil NIKUN
sama mantan ketuaku si Boy.
“Fara Azali mantan sekertarisku belum
dijemput ?”Ehem, mimpi buruk pertama datang nih. “Belum Boy” Jawabku singkat. “Yaudah,
aku mau disini!” Jawab dia galak. “Abangku udah on the way Boy” Aku jawab lagi,
biar dia langsung pergi. “Yaudah aku tungguin sampai Bang Syafril datang”.
Aku akan bahas tentang madinah
biar dia cepet pulang dan jauh-jauh dari tempat duduk sekarang. “Katanya mau
lanjut ke madinah Boy, Bahan belajarnya kan banyak Boy ?” Belum Boy sempat
menjawab, tiba-tiba mobil warna merah bermerk Lamborghini Veneno Roadster udah
ada di depan kami. Alamat jadi pusat perhatian lagi nih kayak tadi pagi. Dan
sepertinya ini godaan kedua.
“Fara Azali adiknya Syafril Fatih,
Presiden Psikologi UI ?”
Itu kan kakak Lee Min Hoo yang
ngawas ujian tadi. “Iya ka, ada yang bisa dibantu?” jawabku sebiasa mungkin.
“Saya mau kerumah, Perkenalkan saya Wahyu teman sekelasnya di kampus”. Aku udah
bingung gak karuan nih. Halte bukanya makin ramai, malah makin sepi.
Temen-temen di gerbang kayanya udah bikin aku jadi trend topic di twiter karna
dua orang ini.
“Aku catetin alamatnya aja kak,
nanti kakak bisa bertemu langsung dirumah” aku segera mengambim pulpen dan
kertas dari dalam tasku. Belum aku sempat menulis, Kakak ini udah bicara lagi
“Gak usah Fara, kamu antar kakak aja”. Bbrrrrrr,
rasanya kaya di siram air es satu
kulkas. “Sebentar lagi Fara dijemput Abang Syafril” jawabku to the point.
“Baiklah, kakak tunggu aja”. Abiii Fara mau pulaang... Abang Syafril belom
dateng-dateng. Hiks,, Hiks
“Aku beli minum dulu sebentar,
tunggu aja nanti Abang Syafril juga datang”. Aku langsung bangkit dari zona
menyebalkan ini. Huft, akhirnya! “Sini, Kakak temenin aja Fara“. Belum juga
jalan, udah diganggu lagi sama ka wahyu. “Sama aku aja Far” Boy juga udah
langsung berdiri bawa tasnya. Baiklah,
aku adalah muslimah yang cerdas, maka aku akan menjawab permintaan mereka
secara cerdas. Hahahhahaa
“Yaudah ka Wahyu aja sama Boy
yang beli, aku tunggu disini ya. Beliin di belakang sekolah yah, jalanya muter
aja, biar agak jauhan soalnya yang paling belakang jusnya paling enak. Mobil
sama motornya sekalian parkirin aja di dalam sekolah lagi. Bikin macet disini,
Ok ?”
Gak lama mereka pergi, Abang
Syafril akhirnya datang. Dia datang tanpa sepedanya, dan gak bawa mobil abi
juga. Maksudnya apa ini! “Gimana de ujian mu hari ini?” bukannya minta maaf,
malah nanya ujian. “Ujian hati atau ujian otak bang?”. Hahahahhaa
“Maaf
tadi Abang ada urusan sedikit, jadi telat. Tadi wahyu kesini ya ?” Aku Cuma
mengangguk sambil mainin hpku yang dari tadi pagi ditahan Bang Syafril
gara-gara bangun kesiangan. “Assalamualaikum, Syaf !” Ternyata itu suara ka
wahyu yang sudah datang dengan Boy.
“Tadi ka wahyu mau ketemu Abang,
Boy juga dari tadi nungguin Abang tuh ! Aku pulang sendiri aja, kakak juga gak
bawa sepeda!”. Wajah Boy langsung berubah dadakan. Biarlah dia mendapat pencerahan dari Bang
Syafri siang ini, begitupun dengan ka Wahyu. Anggap Shock therapy untuk mereka
berdua. Walaupun, aku gak tau apa tujuannya, yang jelas mereka berdua
benar-benar menjadi ujian hati hari ini dan bahkan dari kemarin-kemarin.
***
Ujian
nasional selesai hari ini. Hari jum’at,
Alhamduliah. Jadi inget senin kemarin, jadi pusat perhatian pas masuk gerbang,
karna telat datang. Pakai sepatu juga salah model. Untung prinsip hatiku tetap
dengan satu model. My Syariat My Style.
Aku udah serahin tulisan kemarin ke Abang
Syafril, kata dia itu tulisanya Boy. Dia gak akan ngirim surat lagi, itu surat
awal dan terakhirnya. Dia akan fokus dengan prioritasnta untuk belajar ke
Madinah. Dan, Abang syafril juga jelasin
ke dia, kalau aku akan fokus dengan belajarku selama prinsip hatiku masih
bertahan, walaupun badai godaan menerpa setiap waktu.
“Fara, nanti ada tamu, bantuin
ummi masak sini?” Aku langsung menuju dapur. “Siapa yang mau datang mi, kok
masak banyak?” Aku mulai curiga nih. Jangan-jangan omonganku dan prinsipku akan
di uji lagi setelah ini “Nanti ada keluarga Wahyu temanya Abangmu mau kesini!”
Jawab Ummi simpel sambil senyum-senyum. “Bukan mau lamaran kan Umm ?” Aku
langsung to the point. “Bukan, baru mau kenal aja”. Jlebbb, bener kan, ujian
berikutnya udah dateng lagi. Aku tau, kalau kita mau tingkat memang harus di
uji terus. Ok, semua akan aku serahkan ke wali utama.
“Abiiiii,,,iii dimana ?” Aku
lari-lari keliling dapur, buka kulkas, lemari piring, dibawah kompor tapi gak
nemu Abi juga. “Nyari Abi kok di dapur Fara ?”, Ummi langsung menegur
tingkahku. “Oh, iya Ummi, aku ke basecamp Abi dulu”.
Abi punya basecamp favorit di
taman. Namanya “Mushollah” itu basecamp Abi dan Bang Syafril. “Abii, semuanya
aku percayakan ke Abi”. Abi langsung kaget, keningnya yang sedikit hitam mulai
mengkerut dan matanya berkedip-kedip sedikit. “Maksudmu apa Fara, Abi belum
ngerti?”
“Keluarga ka Wahyu may datan Bi,
aku aja baru tau. Kalau ketemu Bang Syafril gak mungkin bawa keluarga, bawa
diri juga cukup. Pasti tujuannya aku kan?” Abi sepertinya sudah mulai faham,
beliau sudah senyum-senyum dang mengguk faham. “Insyallah Fara, Abi akan
utamakan prioritasmu sekarang”.
The End
1.
Ingat
prioritas utama hidup dan umurmu sekarang. Allah itu Maha Pencemburu.
2.
Tetap
jadi manusia yang manis, menjaga silaturahmi tapi berprinsip jelas.Gak perlu
sok manis, tebar pesona sana-sini. Kalau udah manis hatinya, yang sayang sama kamu
banyak kok.
3.
Lebih
baik ditunggu dari pada menunggu, apalagi muslimah cerdas adalah madrasah
pertama untuk anaknya. Jadi harus mempersiapkan hati, pikiran dan diri semenjak
masuk usia remaja.
4.
Tetap
tegas, kalau ada yang membunuh prinsip hati secara perlahan, atau menebarkan
virus merah jambu yang mematikan. Segera sadar dan ingat point pertama.
Nama Lengkap : Umi Wijaya
Twitter : @umi_lau
Facebook : Umi Wijaya Lau
IG : UmiWijayaLau
Diposting oleh
Unknown
di
07.13
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

MEMPERTANYAKAN KISAHMU
Jumat, 27 Februari 2015
“Aku belajar berpura-pura mengiyakan, untuk menutup
semua rasaku kepadamu, yang aku masih pertanyakan kebenarannya sekarang”
Padang 19 Febuari 2008
Pelangi mulai terlukis dari belakang danau maninjau. Bekas-bekas hujan masih terlihat jelas di sekitar danau maninjau yang sedikit lembab namun tetap menghangatkan. Membasahi kebun kelapa di samping rumah, membuat Rezi sedikit malas memetik kelapa untuk berbuka puasa nanti. Hujan benar-benar turun sore ini. Seperti yang tadi Uda Rafdi bilang disekolah, kalau hujan benar-benar akan turun sore ini.
Pelangi mulai terlukis dari belakang danau maninjau. Bekas-bekas hujan masih terlihat jelas di sekitar danau maninjau yang sedikit lembab namun tetap menghangatkan. Membasahi kebun kelapa di samping rumah, membuat Rezi sedikit malas memetik kelapa untuk berbuka puasa nanti. Hujan benar-benar turun sore ini. Seperti yang tadi Uda Rafdi bilang disekolah, kalau hujan benar-benar akan turun sore ini.
“Nanti sore sepertinya akan hujan, Langit sudah
mulai gelap!” Aku hanya bisa mengangguk sambil pura-pura melihat langit. Memang
pura-pura seperti ini selalu menyenangkan. Pura-pura mengiyakan, agar semuanya
tetap baik-baik saja.
“Zaira,, nanti sore aku mau buka puasa dirumahmu yah ? Rezi mulai mengacaukan pembicaraan dua arah kami, sehingga menjadi tiga arah. Oh, Rezi sepupu idolaku ini memang paling suka menggangu. Tidak tau suasana hati sama sekali.
“Emh, jawabku singkat.
“Nanti aku ambilkan kelapa untuk Amakmu lah gimana ?”
“Zaira,, nanti sore aku mau buka puasa dirumahmu yah ? Rezi mulai mengacaukan pembicaraan dua arah kami, sehingga menjadi tiga arah. Oh, Rezi sepupu idolaku ini memang paling suka menggangu. Tidak tau suasana hati sama sekali.
“Emh, jawabku singkat.
“Nanti aku ambilkan kelapa untuk Amakmu lah gimana ?”
Aku segera mengiyakan, tawaran seperti ini harus
langsung diambil. Kalau lima menit belum ada jawaban, dia bisa langsung berubah
penawaran. Maklumlah, generasi pedagang number one limited edition di kota
gadang. Siapa yang tidak tertarik dengan yang satu ini, Rezi Fahrezi yang
tampang sebelas duabelaslah dengan Herjunot Ali, Ketua osis, Anggota Nasyid,
lengkap sudah untuk jadi referensi masa depan. #EdisiPromosi
***
Waktu imsyak tinggal beberapa menit lagi, suara shalawat mulai menggema dari arah timur. Suara yang selalu aku pertanyakan mengenai perasaan dan kehadiranya beberapa tahun terakhir. Yap, tepat sekali itu suara Uda Rafdi dari surau. Dia Rafdi Ramadhan sepupuku, sama seperti Rezi, tapi dia bukan sepupu idolaku melainkan sepupu kesukaanku. Sedikit berlebihan memang. Tapi ini memang kenyataanya sekarang. Kami bertiga adalah saudara sepupu dalam satu kelas di satu sekolah yang sama. Dan ini sudah terjadi selama dua belas tahun terakhir, dari kami mulai masuk SD sampai sekarang yang sedang berjuang masuk universitas.
Waktu imsyak tinggal beberapa menit lagi, suara shalawat mulai menggema dari arah timur. Suara yang selalu aku pertanyakan mengenai perasaan dan kehadiranya beberapa tahun terakhir. Yap, tepat sekali itu suara Uda Rafdi dari surau. Dia Rafdi Ramadhan sepupuku, sama seperti Rezi, tapi dia bukan sepupu idolaku melainkan sepupu kesukaanku. Sedikit berlebihan memang. Tapi ini memang kenyataanya sekarang. Kami bertiga adalah saudara sepupu dalam satu kelas di satu sekolah yang sama. Dan ini sudah terjadi selama dua belas tahun terakhir, dari kami mulai masuk SD sampai sekarang yang sedang berjuang masuk universitas.
“Itu, Rafdi yang shlawatan Ra ?” Tanya Amak
tiba-tiba, “Iya, Mak itu Uda Rafdi yang Shalawatan”. Amak mulai senyum penuh
arti lalu menatap ke Ayah. “Makin bagus suara Rafdi itu Yah” Tanya Amak ke ayah
yang sudah mulai siap-siap berangkat ke surau. “Iyah” Ayah menjawab singkat,
lalu mengambil kopiahnya di atas rak buku sambil melangkah ke pintu.
“Ayah ke surau dulu, harus maksa Rafdi jadi imam
shalat sekarang, sekalian muraja’ah hafalan dia” Aku segera mencium tangan
ayah, sama seperti Amak. Rafdi dan Rezi adalah anak dari adiknya Amak yang
sekarang tinggal di Jakarta bersama suaminya, dia belum menyelesaikan
hafalannya, tapi suaranya memang sudah diakui untuk Musabaqoh Tilawatil Qur’an
tingkat Provinsi.
***
“Ia hanya layak dicintai selama tidak keluar dari cahaya Cinta-Mu, Jika tidak ! Dia tidak layak dicintai”
***
“Ia hanya layak dicintai selama tidak keluar dari cahaya Cinta-Mu, Jika tidak ! Dia tidak layak dicintai”
Padang 10 Mai 2008
Rafdi sudah mengayuh sepedanya tepat di depan sepedaku dan Rezi. ”Rafdi pelan sedikitlah, ini masih pagi” Teriak Rezi yang mulai kesal karna harus mengimbangi sepeda Rafdi. ”Iyah, kita gak akan terlambat Raf !”. Aku mulai teriak karna kesal sendiri karna harus mengejar Rafdi dan Rezi yang santai- santai aja pakai celana panjang jadi bisa mengayuh sepeda lebih cepat. Lah, aku naik sepeda pakai rok panjang kayak gini.
“Kamu kan pakai celana olahraga Ra, angkat aja roknya sedikit” Jawab Rezi sambil terus mengimbangi Rafdi di depan. “Rafdi pelan-pelan aja, bisa kan?” Aku mulai memelas sambil terus mengayuh sepeda mengimbangi mereka berdua di depan.
“Turunin lagi Roknya !!! jangan dengerin Rezi, aku udah pelan nih” Jawab Rafdi singkat.
Aku langsung mengikuti intruksinya, Rafdi sudah mulai marah kalau seperti itu intonasinya. Tapi aku tau ini demi kebaikan. Sekolah kami memang cukup jauh dari rumah. Rafdi sekarag sudah mengimbangi sepedaku begitu juga dengan Rezi.
Rezi sudah asik mendedangkan nasyid kesukaanya, sambil bersiul-siul gak jelas. Sepedanya tepat didepanku, tidak terlalu jauh seperti tadi. Sedangkan Uda Rafdi tepat dibelakangku, jika digambarkan seperti kereta api dengan tiga gerbong berwarna putih abu-abu. Kami mulai menyapa satu persatu kawan yang berjalan kaki, tiba-tiba Rezi berhenti mendadak dan membuat aku tidak seimbang hingga akhirnya terjatuh dari sepeda.”Aduh, REEZZZIII KENAPA BERENTI TIBA-TIBA SIH?” Lututku spertinya sedikit luka. Rezi pergi begitu saja meninggalkan sepedanya dan berlari ke gerbang sekolah. Sepertinya dia sudah tidak sabar melihat pengumuman kelulusan. Tanpa melihat kecelakaan beruntun yang terjadi karna sepedanya. Aishh, ada apa dengan anak aneh itu ! Menyebalkan sekali.
Uda Rafdi mulai mendirikan sepedaku yang jatuh ke tepi jalan. “Ra, kamu gak kenapa-napa?” . Aku diam sebentar lalu menjawab “Kenapa yang ditolongin sepedanya sih Uda, kan aku yang jatuh!” Aku mulai kesal kalau ceritanya seperti ini. “Sepedanya kan gak bisa bangun sendiri Ra, kalau kamu kan masih bisa bangun tuh” Jawabnya polos membuatku tertawa. Sungguh aku masih percaya dia tetap Uda yang dulu, Uda yang menjaga aturan syariatnya untuk tidak menyentuh lawan jenisnya sedekat apapun bahkan dalam keadaan terdesak sekalipun. Uda yang selalu menundukan pandangannya seakrab apapun lawan bicaranya.
Rafdi sudah mengayuh sepedanya tepat di depan sepedaku dan Rezi. ”Rafdi pelan sedikitlah, ini masih pagi” Teriak Rezi yang mulai kesal karna harus mengimbangi sepeda Rafdi. ”Iyah, kita gak akan terlambat Raf !”. Aku mulai teriak karna kesal sendiri karna harus mengejar Rafdi dan Rezi yang santai- santai aja pakai celana panjang jadi bisa mengayuh sepeda lebih cepat. Lah, aku naik sepeda pakai rok panjang kayak gini.
“Kamu kan pakai celana olahraga Ra, angkat aja roknya sedikit” Jawab Rezi sambil terus mengimbangi Rafdi di depan. “Rafdi pelan-pelan aja, bisa kan?” Aku mulai memelas sambil terus mengayuh sepeda mengimbangi mereka berdua di depan.
“Turunin lagi Roknya !!! jangan dengerin Rezi, aku udah pelan nih” Jawab Rafdi singkat.
Aku langsung mengikuti intruksinya, Rafdi sudah mulai marah kalau seperti itu intonasinya. Tapi aku tau ini demi kebaikan. Sekolah kami memang cukup jauh dari rumah. Rafdi sekarag sudah mengimbangi sepedaku begitu juga dengan Rezi.
Rezi sudah asik mendedangkan nasyid kesukaanya, sambil bersiul-siul gak jelas. Sepedanya tepat didepanku, tidak terlalu jauh seperti tadi. Sedangkan Uda Rafdi tepat dibelakangku, jika digambarkan seperti kereta api dengan tiga gerbong berwarna putih abu-abu. Kami mulai menyapa satu persatu kawan yang berjalan kaki, tiba-tiba Rezi berhenti mendadak dan membuat aku tidak seimbang hingga akhirnya terjatuh dari sepeda.”Aduh, REEZZZIII KENAPA BERENTI TIBA-TIBA SIH?” Lututku spertinya sedikit luka. Rezi pergi begitu saja meninggalkan sepedanya dan berlari ke gerbang sekolah. Sepertinya dia sudah tidak sabar melihat pengumuman kelulusan. Tanpa melihat kecelakaan beruntun yang terjadi karna sepedanya. Aishh, ada apa dengan anak aneh itu ! Menyebalkan sekali.
Uda Rafdi mulai mendirikan sepedaku yang jatuh ke tepi jalan. “Ra, kamu gak kenapa-napa?” . Aku diam sebentar lalu menjawab “Kenapa yang ditolongin sepedanya sih Uda, kan aku yang jatuh!” Aku mulai kesal kalau ceritanya seperti ini. “Sepedanya kan gak bisa bangun sendiri Ra, kalau kamu kan masih bisa bangun tuh” Jawabnya polos membuatku tertawa. Sungguh aku masih percaya dia tetap Uda yang dulu, Uda yang menjaga aturan syariatnya untuk tidak menyentuh lawan jenisnya sedekat apapun bahkan dalam keadaan terdesak sekalipun. Uda yang selalu menundukan pandangannya seakrab apapun lawan bicaranya.
***
“Ibarat pohon kelulusan, dia akan terus diperjuangkan sampai akhir”
Taman teratai di dekat gerbang sekolah sudah mulai ramai dikelilingi siswa. Kepala sekolah kami membuat pengumumang kelulusan yang cukup aneh di tahun ini. Dengan menggantungkan surat-surat kelulusan di setiap ranting pohon di area sekolah. Bayangkan apa yang terjadi setelah ini. Semua mulai mencari surat-surat atas nama mereka. Sekolah kami cukup besar, dan memang banyak pohon di sekitar sini. “Aishhh,, ini sudah pohon yang kesepuluh Re,” Aku sudah menyerah, bayangkan aja ada sekitar dua belas pohon di sekolah ini, setiap pohon ada sepuluh surat di setiap ranting. “Ra, ayolah tinggal dua pohon lagi nih” Rezi sudah berdiri lagi dan siap berlari menuju dua pohon terakhir.
“Aku tunggu disini ajalah Re, kamu aja sana nanti aku terakhir aja” Area sekolah sudah sulit digambarkan bentuknya, ada yang menangis haru akhirnya mendapatkan surat kelulusan setelah keliling duabelas pohon, Entah mereka sudah tau isinya atau belom squint emotikon ada yang tertawa bahagia isi surat kelulusan sekaligus penerimaan dari Universitas yang di targetkan, jungkir balik ngelilingi kolam teratai, foto-foto ke ruang guru, Ada juga yang meluk-meluk pohon beringin di deket gerbang. Semuanya sudah teralalu aneh. Aku terakhir ajalah, Sekalian nunggu Rezi dan Uda Rafdi, nanti kalau mereka udah bahagia mendapat surat kan bisa dimintain tolong buat cari surat kelulusanku. Hhahhahha
Zairaaaa…. AKU LULUS, dan kamu tau aku keterima di fakultas kedokteran UNSYIAH Aceh.
Rezi sudah lari melaksanakan adat istiadat sama seperti yang lain, Dia tidak keliling kolam teratai, ataupun meluk pohon beringin. Tapi lebih exstrim dari itu, dia udah manjat menara sekolah sambil mendendangkan nasyidnya.
“Ini suratmu Ra, Selamat yah, Hubungan Internasional UGM” Uda Rafdi tiba-tiba sudah ada di hadapanku sambil memberikan surat kelulusan, “Maaf, kalau Uda yang buka suratnya duluan”. Setelah memberikan surat, dia langsung pergi sebelum mendengar responku. Aishhh, setidaknya dengarkan jawabanku satu kata saja. Walaupun kejadian ini sudah beratus-ratus kali terjadi, tetap menyebalkan sekali. Dengarkanlah dulu jawabanku Udaa, Aku meneriakinya yang terus berjalan tanpa menengok sedikitpun. Sepupu macam apa Uda Rafdi tuh sebenarnya. frown emotikon
“Ibarat pohon kelulusan, dia akan terus diperjuangkan sampai akhir”
Taman teratai di dekat gerbang sekolah sudah mulai ramai dikelilingi siswa. Kepala sekolah kami membuat pengumumang kelulusan yang cukup aneh di tahun ini. Dengan menggantungkan surat-surat kelulusan di setiap ranting pohon di area sekolah. Bayangkan apa yang terjadi setelah ini. Semua mulai mencari surat-surat atas nama mereka. Sekolah kami cukup besar, dan memang banyak pohon di sekitar sini. “Aishhh,, ini sudah pohon yang kesepuluh Re,” Aku sudah menyerah, bayangkan aja ada sekitar dua belas pohon di sekolah ini, setiap pohon ada sepuluh surat di setiap ranting. “Ra, ayolah tinggal dua pohon lagi nih” Rezi sudah berdiri lagi dan siap berlari menuju dua pohon terakhir.
“Aku tunggu disini ajalah Re, kamu aja sana nanti aku terakhir aja” Area sekolah sudah sulit digambarkan bentuknya, ada yang menangis haru akhirnya mendapatkan surat kelulusan setelah keliling duabelas pohon, Entah mereka sudah tau isinya atau belom squint emotikon ada yang tertawa bahagia isi surat kelulusan sekaligus penerimaan dari Universitas yang di targetkan, jungkir balik ngelilingi kolam teratai, foto-foto ke ruang guru, Ada juga yang meluk-meluk pohon beringin di deket gerbang. Semuanya sudah teralalu aneh. Aku terakhir ajalah, Sekalian nunggu Rezi dan Uda Rafdi, nanti kalau mereka udah bahagia mendapat surat kan bisa dimintain tolong buat cari surat kelulusanku. Hhahhahha
Zairaaaa…. AKU LULUS, dan kamu tau aku keterima di fakultas kedokteran UNSYIAH Aceh.
Rezi sudah lari melaksanakan adat istiadat sama seperti yang lain, Dia tidak keliling kolam teratai, ataupun meluk pohon beringin. Tapi lebih exstrim dari itu, dia udah manjat menara sekolah sambil mendendangkan nasyidnya.
“Ini suratmu Ra, Selamat yah, Hubungan Internasional UGM” Uda Rafdi tiba-tiba sudah ada di hadapanku sambil memberikan surat kelulusan, “Maaf, kalau Uda yang buka suratnya duluan”. Setelah memberikan surat, dia langsung pergi sebelum mendengar responku. Aishhh, setidaknya dengarkan jawabanku satu kata saja. Walaupun kejadian ini sudah beratus-ratus kali terjadi, tetap menyebalkan sekali. Dengarkanlah dulu jawabanku Udaa, Aku meneriakinya yang terus berjalan tanpa menengok sedikitpun. Sepupu macam apa Uda Rafdi tuh sebenarnya. frown emotikon
***
Dirumah sibuk sekali, Rezi sudah memetik banyak kelapa untuk bahan masakan. Aku belum tau ada acara apa malam ini disurau. Rezi juga belum memberitahuku tentang ini. Mereka semuanya sibuk. Ayah sudah di surau sejak tadi siang dengan ketua dusun kampungku. “Ra, bisa kesini sebentar”. Pinta Amakku. Aku berjalan mendekati Amak yang masih menunggu nasi matang. “Amak mau tanya, kamu suka dengan Uda Rafdi nak ?”. Hatiku tiba-tiba saja sesak, Amak bertanya seperti itu. Aku belum memiliki jawaban apapun sekarang. Dan memang aku tidak mau menampakan rasa itu. Kalau memang benar-benar aku menyukainya.
“Zaira, dengarkan Amak. Amak tau kamu menyukainya, tapi ini permintaan Amak sebagai ibumu. Lepaskan rasa sukamu sekarang, ini untuk kebaikanmu nak,” Amak lalu mengelus kepalaku. Tapi Hatiku semakin sesak mendengar pernyataan Amak barusan, Semuanya berkecamuk menjadi satu. Ada apa sebenarnya, kenapa Amak harus meminta permintaan semacam itu. Aku tidak mengerti sama sekali dengan semua ini. Apakah aku salah menyukai Uda yang baik seprti itu,”Apakah aku belum pantas untuk sekedar menyukainya saja Mak?”. Air mataku sudah mulai jatuh, aku sudah tidak peduli dengan tangisan yang sudah aku tahan tentan perasaan ini. Aku benar-benar tidak peduli sekarang.
“Apakah aku kurang baik untuk menginginkan yang baik seperti Uda Rafdi, aku tau aku masih terlalu muda untuk memikirkan rasa ini. Tapi ini perasaanku sejak beberapa tahun terakhir. Aku akan tetap diam menjaga perasaan ini, Aku tidak akan menampakannya sama sekali. Tapi, ijinkan aku menyukainya Amak. Aku benar-benar menyukainya. Suaraku mulai parau bercampur dengan tangisan yang membuatku sesak.
Sekarang langit malam bersaksi menatapku. Mempertanyakan tentang rasa yang aku kejar namun belum jelas ujungnya. Aku tau, mulai detik ini, semua perasaanku dan rinduku akan menjadi kesalahan fatal jika masih aku teruskan kisahnya.
***
“Jika benar, aku akan tetap diam. Dan berpura-pura tidak tau tentang kisahmu sekarang”
Secara perlahan aku mulai merakit satu persatu mozaik cerita hari ini. Alunan ayat suci Al-Qur’an sudah mengalun dari ba’da ashar dari tadi disurau. Tepat setelah kami mengambil surat kelulusan. Aku tidak bertanya kepada Rezi ada acara apa di surai, sehingga Amakku harus masak banyak untuk malam ini. Aku tau itu suara Uda Rafdi, Jika dihitung semenjak ba’da Ashar tadi berarti dia sudah membaca Al-Qur’an selama 5 jam hingga malam ini. Aku mulai berlari menerobos hujan setelah Amak mencium keningku dan menjelaskaan pernyataanya tadi. Aku terus menerus berlari secapat aku bisa ,menerobos hujan sambil menangis, aku benar-benar bingung dengan persaanku sendiri sekarang. Aku sedih sekali jika benar-benar malam ini harus terjadi peristiwa seperti yang Amak billang tadi.
Ayah ada di dalam Surau, Surau sudah ramai dengan shalawat dan lantuan doa dari ketua dusun dan anggota masyrakat dusun. Rezi menjadi salah satu pemimpin shalawat acara ini. Aku sudah tidak peduli dengan angin malam apalagi dinginnya hujan. Aku benar-benar akan melihat kejelasan ini semua. Aku tidak akan percaya, sebelum aku melihatnya sendiri.
“Saya terima nikahnya Zanifa bin Ahmad dengan mahar seperangkat alat shalat dibayar tunai” Uda Rafdi sudah melaksanakan akad pernikahanya malam ini. Sekaligus menyelesaikan hafalannya tiga puluh juz bil ghaib yang di simak langsung oleh ayahku sendiri yang sekarang menjadi mertuanya. Dia melamar Uni Zanifa, kakak kandungku yang sekarang bersekolah di mesir. Aku terima kebenaran ini, aku faham, Uni Zanifa lebih baik untuk Hafidz seperti Uda Rafdi. Aku percaya dan aku tidak berpura-pura untuk mempercayai ini semua.
Dirumah sibuk sekali, Rezi sudah memetik banyak kelapa untuk bahan masakan. Aku belum tau ada acara apa malam ini disurau. Rezi juga belum memberitahuku tentang ini. Mereka semuanya sibuk. Ayah sudah di surau sejak tadi siang dengan ketua dusun kampungku. “Ra, bisa kesini sebentar”. Pinta Amakku. Aku berjalan mendekati Amak yang masih menunggu nasi matang. “Amak mau tanya, kamu suka dengan Uda Rafdi nak ?”. Hatiku tiba-tiba saja sesak, Amak bertanya seperti itu. Aku belum memiliki jawaban apapun sekarang. Dan memang aku tidak mau menampakan rasa itu. Kalau memang benar-benar aku menyukainya.
“Zaira, dengarkan Amak. Amak tau kamu menyukainya, tapi ini permintaan Amak sebagai ibumu. Lepaskan rasa sukamu sekarang, ini untuk kebaikanmu nak,” Amak lalu mengelus kepalaku. Tapi Hatiku semakin sesak mendengar pernyataan Amak barusan, Semuanya berkecamuk menjadi satu. Ada apa sebenarnya, kenapa Amak harus meminta permintaan semacam itu. Aku tidak mengerti sama sekali dengan semua ini. Apakah aku salah menyukai Uda yang baik seprti itu,”Apakah aku belum pantas untuk sekedar menyukainya saja Mak?”. Air mataku sudah mulai jatuh, aku sudah tidak peduli dengan tangisan yang sudah aku tahan tentan perasaan ini. Aku benar-benar tidak peduli sekarang.
“Apakah aku kurang baik untuk menginginkan yang baik seperti Uda Rafdi, aku tau aku masih terlalu muda untuk memikirkan rasa ini. Tapi ini perasaanku sejak beberapa tahun terakhir. Aku akan tetap diam menjaga perasaan ini, Aku tidak akan menampakannya sama sekali. Tapi, ijinkan aku menyukainya Amak. Aku benar-benar menyukainya. Suaraku mulai parau bercampur dengan tangisan yang membuatku sesak.
Sekarang langit malam bersaksi menatapku. Mempertanyakan tentang rasa yang aku kejar namun belum jelas ujungnya. Aku tau, mulai detik ini, semua perasaanku dan rinduku akan menjadi kesalahan fatal jika masih aku teruskan kisahnya.
***
“Jika benar, aku akan tetap diam. Dan berpura-pura tidak tau tentang kisahmu sekarang”
Secara perlahan aku mulai merakit satu persatu mozaik cerita hari ini. Alunan ayat suci Al-Qur’an sudah mengalun dari ba’da ashar dari tadi disurau. Tepat setelah kami mengambil surat kelulusan. Aku tidak bertanya kepada Rezi ada acara apa di surai, sehingga Amakku harus masak banyak untuk malam ini. Aku tau itu suara Uda Rafdi, Jika dihitung semenjak ba’da Ashar tadi berarti dia sudah membaca Al-Qur’an selama 5 jam hingga malam ini. Aku mulai berlari menerobos hujan setelah Amak mencium keningku dan menjelaskaan pernyataanya tadi. Aku terus menerus berlari secapat aku bisa ,menerobos hujan sambil menangis, aku benar-benar bingung dengan persaanku sendiri sekarang. Aku sedih sekali jika benar-benar malam ini harus terjadi peristiwa seperti yang Amak billang tadi.
Ayah ada di dalam Surau, Surau sudah ramai dengan shalawat dan lantuan doa dari ketua dusun dan anggota masyrakat dusun. Rezi menjadi salah satu pemimpin shalawat acara ini. Aku sudah tidak peduli dengan angin malam apalagi dinginnya hujan. Aku benar-benar akan melihat kejelasan ini semua. Aku tidak akan percaya, sebelum aku melihatnya sendiri.
“Saya terima nikahnya Zanifa bin Ahmad dengan mahar seperangkat alat shalat dibayar tunai” Uda Rafdi sudah melaksanakan akad pernikahanya malam ini. Sekaligus menyelesaikan hafalannya tiga puluh juz bil ghaib yang di simak langsung oleh ayahku sendiri yang sekarang menjadi mertuanya. Dia melamar Uni Zanifa, kakak kandungku yang sekarang bersekolah di mesir. Aku terima kebenaran ini, aku faham, Uni Zanifa lebih baik untuk Hafidz seperti Uda Rafdi. Aku percaya dan aku tidak berpura-pura untuk mempercayai ini semua.
***
“Semua akan baik-baik saja”
Djogjakarta 22 Agustus 2012
Hubungan bilateral timur tengan sekarang sedang bermasalah. Terlalu banyak intervensi dari pihak asing. Dan tidak ada batasan yang jelas untuk menyelesaikan konflik daerah ini. Seharusnya badan hukum yang sudah diakui didunia, mampu untuk melindungi setiap daerah yang mulai disudutkan tanpa alasan jelas. Adanya propaganda untuk mencari keutungan satu pihak seharusnya sudah mulai diselidiki. Agar tidak terjadi kecurangan yang akan membuat konflik semakin parah. Itu Harapan Saya. Saya Zaira Ahmad. Terimakasih.
Tepuk tangan mulai menggema, Aku Zaira Ahmad terpilih sebagai mahasiswi terbaik Hubungan Internasional dengan skripsi terbaik juga difakultasku.
Hari ini Amak dan ayah datang ke jogja, Aku sudah empat tahun tidak bertemu mereka. Semenjak kejadian itu aku memutuskan untuk tidak kembali kedaerahku sendiri. Mereka pun enggan mengunjungiku karna memang selalu aku larang. Itu lebih baik sekarang. Aku rasa Uni Zanifa dengan Uda Rafdi baik-baik saja di mesir. Jadi, tidak perlu aku tanyakan kabar, atau menjawab kabar dari mereka. Dengan begitu semua akan berjalan baik-baik saja.
Amak datang mengunakan kebaya berwana putih,kebaya yang dia gunakan ketika Uda Rafdi menikahi anaknya yang lain. Ah,lagi-lagi aku masih memikirkan hal menyedihkan itu.
“Alhamdulialah, Zaira. Amak dan Ayah bangga padamu” Amak langsung memelukku dan mulai menangis. Ayah masih seperti dulu, dia lebih banyak diam. Dan sedikit tersenyum sambil mengelus kepalaku. Aku mencium tangannya sambil menangis “ Maafkan Zaira Ayah”. Ayah terus mengelus kepalaku, dan berbicara sedikit “ Ini kesalahan Ayah, Maafkan Ayah, Pulanglah nak ikut dengan kita”
Aku hanya diam,tidak menjawab apapun. Amak menatap penuh harap kepadaku. Begitu juga dengan Ayah. Aku benar-benar ingin melupakan semuanya. Tapi belum bisa, dan biarlah aku yang menanggung semua kesalahanku sekarang. Cukup kejadian besar itu menarik langkahku untuk tidak pulang. Aku mulai menarik nafas panjang lalu memberanikan diri untuk berbicara “Ijinkan aku disini, Aku tidak akan pulang! Ini pilihanku Ayah.
Tiba-tiba seseorang yang tidak pernah aku mau temui lagi semenjak empat tahun lalu datang dengan kakak kandungku sendiri. Uda Rafdi menggunakan jas hitam buatan mesir, itu sangat jelas terlihat dari modelnya. Dia sekarang semakin tinggi dan menggunakan kaca mata. Sekarang semua kejadian itu terulang lagi, seperti film documenter di dalam otakku. Aku benar-benar masih memikirkannya. Aku belum bisa melupakannya selama ini. Aku tau ! Aku salah karna perasaan ini.
Uni Zanifa dengan gamis putih polos tepat ada disampingnya sambil merangkul tangan Uda Rafdi, Kenapa harus di hari wisudaku. Aku melihatnya. Ini benar-benar menyakitkan. Uda Rafdi mulai mengajakku berbicara “Pulanglah, Zaira !”. Perkataanya masih sama seperti dulu ringkas dan tegas. Jujur Aku masih menyukai instrusksinya itu sama seperti dulu. Sungguh, aku benar-benar masih merindukannya sama seperti dulu.
“Zaira, sudah empat tahun semenjak hari kelulusan itu !, Maafkan aku terlambat menyadari semuanya”. Uni Zanifa semakin erat merangkul tangan Uda Rafdi yang gemetar menyampaikan pengakuannya barusan. Aku mulai menangis melihat ini semua, dan mendengar pengakuannya itu. Dia bilang terlambat ! “Kita bersama sudah terlalu lama. Dan Uda bilang masih terlambat. Kenapa harus Uni Zanifa, dan kenapa semuanya harus dirahasiakan dariku! Semua iu dilakukan secara sadar, dan memang sudah direncanakan tepat setelah hafalan Uda selesai !”
“Uda sadar, rasa itu terus memakasa masuk sampai sekarang ! Tanpa mau tau, hatiku sudah mulai rapuh karna kehilangan kendali selama ini. Dan parahnya lagi, rasa ini terus memaksaku, dan akhirnya merusak semuanya. Apa Uda mengerti sekarang! Aku benar-benar kecewa dengan hatiku sendiri, Sungguh aku benar-benar kecewa.”
“Maafkan Uda’ jika menyakiti hatimu”.
“Semua akan baik-baik saja”
Djogjakarta 22 Agustus 2012
Hubungan bilateral timur tengan sekarang sedang bermasalah. Terlalu banyak intervensi dari pihak asing. Dan tidak ada batasan yang jelas untuk menyelesaikan konflik daerah ini. Seharusnya badan hukum yang sudah diakui didunia, mampu untuk melindungi setiap daerah yang mulai disudutkan tanpa alasan jelas. Adanya propaganda untuk mencari keutungan satu pihak seharusnya sudah mulai diselidiki. Agar tidak terjadi kecurangan yang akan membuat konflik semakin parah. Itu Harapan Saya. Saya Zaira Ahmad. Terimakasih.
Tepuk tangan mulai menggema, Aku Zaira Ahmad terpilih sebagai mahasiswi terbaik Hubungan Internasional dengan skripsi terbaik juga difakultasku.
Hari ini Amak dan ayah datang ke jogja, Aku sudah empat tahun tidak bertemu mereka. Semenjak kejadian itu aku memutuskan untuk tidak kembali kedaerahku sendiri. Mereka pun enggan mengunjungiku karna memang selalu aku larang. Itu lebih baik sekarang. Aku rasa Uni Zanifa dengan Uda Rafdi baik-baik saja di mesir. Jadi, tidak perlu aku tanyakan kabar, atau menjawab kabar dari mereka. Dengan begitu semua akan berjalan baik-baik saja.
Amak datang mengunakan kebaya berwana putih,kebaya yang dia gunakan ketika Uda Rafdi menikahi anaknya yang lain. Ah,lagi-lagi aku masih memikirkan hal menyedihkan itu.
“Alhamdulialah, Zaira. Amak dan Ayah bangga padamu” Amak langsung memelukku dan mulai menangis. Ayah masih seperti dulu, dia lebih banyak diam. Dan sedikit tersenyum sambil mengelus kepalaku. Aku mencium tangannya sambil menangis “ Maafkan Zaira Ayah”. Ayah terus mengelus kepalaku, dan berbicara sedikit “ Ini kesalahan Ayah, Maafkan Ayah, Pulanglah nak ikut dengan kita”
Aku hanya diam,tidak menjawab apapun. Amak menatap penuh harap kepadaku. Begitu juga dengan Ayah. Aku benar-benar ingin melupakan semuanya. Tapi belum bisa, dan biarlah aku yang menanggung semua kesalahanku sekarang. Cukup kejadian besar itu menarik langkahku untuk tidak pulang. Aku mulai menarik nafas panjang lalu memberanikan diri untuk berbicara “Ijinkan aku disini, Aku tidak akan pulang! Ini pilihanku Ayah.
Tiba-tiba seseorang yang tidak pernah aku mau temui lagi semenjak empat tahun lalu datang dengan kakak kandungku sendiri. Uda Rafdi menggunakan jas hitam buatan mesir, itu sangat jelas terlihat dari modelnya. Dia sekarang semakin tinggi dan menggunakan kaca mata. Sekarang semua kejadian itu terulang lagi, seperti film documenter di dalam otakku. Aku benar-benar masih memikirkannya. Aku belum bisa melupakannya selama ini. Aku tau ! Aku salah karna perasaan ini.
Uni Zanifa dengan gamis putih polos tepat ada disampingnya sambil merangkul tangan Uda Rafdi, Kenapa harus di hari wisudaku. Aku melihatnya. Ini benar-benar menyakitkan. Uda Rafdi mulai mengajakku berbicara “Pulanglah, Zaira !”. Perkataanya masih sama seperti dulu ringkas dan tegas. Jujur Aku masih menyukai instrusksinya itu sama seperti dulu. Sungguh, aku benar-benar masih merindukannya sama seperti dulu.
“Zaira, sudah empat tahun semenjak hari kelulusan itu !, Maafkan aku terlambat menyadari semuanya”. Uni Zanifa semakin erat merangkul tangan Uda Rafdi yang gemetar menyampaikan pengakuannya barusan. Aku mulai menangis melihat ini semua, dan mendengar pengakuannya itu. Dia bilang terlambat ! “Kita bersama sudah terlalu lama. Dan Uda bilang masih terlambat. Kenapa harus Uni Zanifa, dan kenapa semuanya harus dirahasiakan dariku! Semua iu dilakukan secara sadar, dan memang sudah direncanakan tepat setelah hafalan Uda selesai !”
“Uda sadar, rasa itu terus memakasa masuk sampai sekarang ! Tanpa mau tau, hatiku sudah mulai rapuh karna kehilangan kendali selama ini. Dan parahnya lagi, rasa ini terus memaksaku, dan akhirnya merusak semuanya. Apa Uda mengerti sekarang! Aku benar-benar kecewa dengan hatiku sendiri, Sungguh aku benar-benar kecewa.”
“Maafkan Uda’ jika menyakiti hatimu”.
***
Epilog
Jakarta 12 Maret 2014
Semua terlihat biasa saja. Tidak ada yang istimewa untuk malam ini. Rezi sedang sibuk mencari jas untuk acara malam nanti di butik milik pamanya. Sedangkan aku masih sibuk melihat buku-buku baru yang aku masih anilisisis sinopsisnya. Musim hujan sudah mulai datang di awal bulan lalu. Tepat berbarengan dengan kelulusan S2 spesialis kedokteran Rezi di Aceh. “Aku sudah menemukan jas untuk akad nanti malam”. Aku mengangguk, dan tersenyum simple untuk merespon pernyataanya. Aku segera melangkah menuju loby mall tanpa berbicara sedikitpun.
Hujan, mulai terun membasahi ibukota. Mobil kami berhenti tepat di lampu merah pertama tidak jauh dari mall. Aku memandang hujan yang yang semakin deras. Banyak anak berlari-lari membawa payung dengan baju lusuh yang sudah tidak jelas warnanya. Halte itu sudah terlalu penuh dengan orang berteduh, kenapa mereka tidak berlari hujan-hujanan saja. Lagi pula itu hanya hujan air. Tidak akan melukai sedikitpun. Bantinku.
Empat tahun lalu aku menyakiti hatiku yang sebenarnya tidak sakit. Ah, aku masih bingung dengan kejadian di hari wisudaku waktu itu. Rezi tiba-tiba datang ketika aku sedang berusaha menahan tangis di depan Uda Rafdi dan Uni Zanifa. Karna emosiku yang sudah terlalu kalut. Aku juga mengusahakan menahan semuanya di depan orang tuaku. Tapi hari itu, Rezi benar-benar membuatku menangis saat itu, di depan semuanya.
“ Aku akan mengampus semua rasa itu, aku akan memaksa menghapusnya. Asal kau mau hidup bersamaku. Aku tau, aku terlambat menyadari cintaku padamu sejak dulu. Karna aku menghormati perasaanmu untuk Uda Rardi yang terlalu lama. Aku tau, kamu menyukai Uda sejak kita kecil dulu. Dan aku tau! rencana pernikahan itu akan membuatmu benar-benar kecewa. Tapi dulu, aku belum bisa berbuat apa-apa untukmu.”
“Aku tau, kau sudah menahan kisah ini terlalu lama. Tapi kau harus tau ! Aku, yang palin lama mempertanyaankan kisah ini semua."
Epilog
Jakarta 12 Maret 2014
Semua terlihat biasa saja. Tidak ada yang istimewa untuk malam ini. Rezi sedang sibuk mencari jas untuk acara malam nanti di butik milik pamanya. Sedangkan aku masih sibuk melihat buku-buku baru yang aku masih anilisisis sinopsisnya. Musim hujan sudah mulai datang di awal bulan lalu. Tepat berbarengan dengan kelulusan S2 spesialis kedokteran Rezi di Aceh. “Aku sudah menemukan jas untuk akad nanti malam”. Aku mengangguk, dan tersenyum simple untuk merespon pernyataanya. Aku segera melangkah menuju loby mall tanpa berbicara sedikitpun.
Hujan, mulai terun membasahi ibukota. Mobil kami berhenti tepat di lampu merah pertama tidak jauh dari mall. Aku memandang hujan yang yang semakin deras. Banyak anak berlari-lari membawa payung dengan baju lusuh yang sudah tidak jelas warnanya. Halte itu sudah terlalu penuh dengan orang berteduh, kenapa mereka tidak berlari hujan-hujanan saja. Lagi pula itu hanya hujan air. Tidak akan melukai sedikitpun. Bantinku.
Empat tahun lalu aku menyakiti hatiku yang sebenarnya tidak sakit. Ah, aku masih bingung dengan kejadian di hari wisudaku waktu itu. Rezi tiba-tiba datang ketika aku sedang berusaha menahan tangis di depan Uda Rafdi dan Uni Zanifa. Karna emosiku yang sudah terlalu kalut. Aku juga mengusahakan menahan semuanya di depan orang tuaku. Tapi hari itu, Rezi benar-benar membuatku menangis saat itu, di depan semuanya.
“ Aku akan mengampus semua rasa itu, aku akan memaksa menghapusnya. Asal kau mau hidup bersamaku. Aku tau, aku terlambat menyadari cintaku padamu sejak dulu. Karna aku menghormati perasaanmu untuk Uda Rardi yang terlalu lama. Aku tau, kamu menyukai Uda sejak kita kecil dulu. Dan aku tau! rencana pernikahan itu akan membuatmu benar-benar kecewa. Tapi dulu, aku belum bisa berbuat apa-apa untukmu.”
“Aku tau, kau sudah menahan kisah ini terlalu lama. Tapi kau harus tau ! Aku, yang palin lama mempertanyaankan kisah ini semua."
Aku benar-benar menangis saat itu. Dan, Hujan tidak
turun saat itu. Tidak ada lagi hujan yang bisa menyamarkan tangisanku sekarang.
"Aku akan segera melamarmu, dan tidak akan
menannyakan persaanmu kepadaku. Karna aku tau, semua ini akan berlalu. Ini
janjiku! Percayalah Zaira.”
The End….
Umi Wijaya Lau
Dershane Turki
27 Febuari 2015 pukul O4:41
Dershane Turki
27 Febuari 2015 pukul O4:41
Diposting oleh
Unknown
di
02.57
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Langganan:
Postingan (Atom)