“Cukuplah kusimpan semua ceritaku yang dulu, tentangku, tentang apapun yang membuatku tiada berarti.”

Sabtu, 02 Juli 2016





Part II

Akhir-akhir ini langit biru cepat sekali berubah menjadi kelabu. Bukan masalah kalau hujan mau turun terus, selama apapun hujan turun. Aku akan menerimanya dengan senang hati. Akan kubiarkan hujan menghapus semua kelemahanku, menutup bayanganganku, memperlihatkan betapa kuatnya aku berdiri sendiri disini. Lihatlah, aku masih hidup, masih bernafas, masih bisa mencium harumnya tanah yang basah. Masih bisa hidup.

“Bagaimana sekolah hari ini Daiyu ?” Tanya ibuku.

“Baik, baik sekali” Aku menjawabnya dengan senyuman paling manis yang aku miliki.
Aku mulai membersihkan kakinya yang semakin memerah. Lukanya terus bertambah. Sedikit saja aku salah membersihkan, air mata ibuku akan jatuh. Menahan betapa sakitnya kakinya sekarang. Kalau saja bisa diganti. Biarlah kakiku ini yang sakit, biarlah semua luka itu pindah untukku. Biarlah aku saja yang merasakannya.

“Oh, ya bagaimana sekolahmu hari ini Daiyu?” Tanya ibuku lagi.

“Baik, baik sekali bu”. Aku tersenyum, menjawabnya lagi sengan senyuman seperti tadi, bahkan lebih manis lagi.

Entah berapa kali ibu mengulang pertanyaanya dalam sejam. Aku akan menjawabnya dengan ekpressi yang sama. Aku akan tetap menjawabnya dengan baik, dengan senyuman yang paling manis. Aku tidak akan melukiskan kesedihan apapun untuknya. Untuk manusia paling terhormat yang aku cintai di dunia ini.

“Daiyu, bagaimana sekolahmu hari ini?”. Aku menatapnya lagi dengan hangat, mencium keningnya dan berbisik sedikit “Baik, baik sekali. Aku senang sekolah disana bu.” Lalu aku memeluknya dan mulai menahan sesak.

Tuhan, jangan ijinkan aku menangis didepanya. Tahan aku sampai akhir, aku mohon.

***

Congrats For Daiyu. From Tongzhou Bejing. Art Internasional Tongzhou.

Email itu baru masuk beberapa menit yang lalu. Natalia langsung menelfonku dan memintaku datang kerumahnya membawa berkas-berkas yang diperlukan. Aku malas sekali mengurusi akademi itu.
 Aku benar-benar tidak bisa memilih ataupun menolak.

“Menangislah nata, terimakasih sudah menjadi sahabatku selama ini”

“Kamu serius akan pergi Daiy?”

“Aku tidak akan pergi, kalau ibuku yang memintanya”

“Tapi, beliau yang memintamu pergi, dan lihatlah perjuanganya bertahun-tahun ini untuk sekolahmu.

“Aku tidak pernah sanggup menolak permintaanya , Bagaimana mungkin aku akan pergi ke Akademi di luar negri itu! Sedangkan beliau sudah tidak bisa berjalan”.

“ Semakin lupa dengan banyak hal. Termasuk denganku. Dan kau tau! Kenapa kemarin aku hampir terlambat ke sekolah. Ibuku lupa kalau aku anaknya, beliau lupa namaku, wajahku, Senyumku…"

"Beliau menanyakan banyak hal dan terus diulang-ulang seperti biasanya. Kau tau Nata!, ini yang paling aku takutkan dari dulu”. Kini tangisku sudah pecah"

“Aku tidak pernah takut ketika tidak dianggap oleh teman-teman, aku tidak pernah takut dengan ejekan mereka, bahkan ancaman merekapun tidak pernah aku takuti sama sekali. Kau yang melihatnya selama ini, selama tiga tahun terakhir di sekolah itu”.

“Anggap dulu itu perjuanganmu,aku tau betapa sakitnya ketika lukisamu diduplikat oleh anak penjabat itu. Aku ingat ketika kau harus berurusan dengan polisi karna fitnah mereka.
Ah,sudahlah kau bukan lagi bayangan seperti anggapan mereka. Lihatlah sekarang siapa Daiyu, batu giok hitam terbaik ini. Berhasil terpilih dari ratusan delegasi di daratan paling luas di Asia Timur. ”.

The End tapi gantung... Hhaha
Bersambung tapi gak tau kapan lanjut lagi...Hahah
Gimana dengan Tokoh Daiyu Lau :D
Akankah Batu Giok Hitam ini berani memilih,,
Ditunggu komentarnya :)

Penulis : Umi Wijaya Lau/Blogspot

2 Juli 2016
25 Ramadhan Kareem

12.01 Am

0 komentar:

Posting Komentar