Part IV
♡♡♡
Aku langsung berlari mencari bantuan seseorang untuk membawa Nata ke ruang kesehatan. Di kelas lukis tidak ada laki-laki sama sekali. Aku faham, mungkin anak laki-laki lebih senang di kelas musik atau di kelas Tari. Ini hanya hipotesaku saja. Jadi tidak perlu diperdebatkan.
Aku melirik ke kelas-kelas, melihat wajah-wajah asing yang tidak pernah ku lihat sebelumnya. Murid sepertiku memang kuno sekali untuk pergaulan jaman sekarang. Lihatlah, selama setahun sekolah. Baru pertama ini aku menginjakan langkah ke kelas-kelas lain. Dan memperhatikan wajah-wajah murid musik, tari dan akting.
Ah, jujur aku malas sekali memperhatikan siapapun. Kalau bukan karna Nata yang sedang sesak nafas itu. Aku tidak akan kebingungan seperti ini mencari murid laki-laki yang bisa membantu.
"Ada yang bisa aku bantu?"
Tanya salah satu murid yang sepertinya ingin masuk ke kelas. Mungkin aku menghalangi jalannya, jadi dia bertanya. Atau mungkin juga dia mencari perhatianku.
Oh Tuhan, aneh sekali jalan pikiranku ini. Bukankah aku memang sedang membutuhkan bantuan seseorang.
"Iya," jawabku singkat sambil menunduk dan melihat sepatunya. Ah, kenapa menatap wajah orang itu sangat sulit. Aku merasa tidak sopan berbicara seperti ini.
"Apa yang bisa kubuntu Daiy?"
Dia tau namaku, seingatku aku belum pernah bertemu dengannya. Aku juga bukan murid populer di kelas lukis seperti anak manja-manja yang habis ku ikat itu.
"Hai, kok melamun sih? Apa yang bisa kubantu?"
Dia langsung menyadarkanku, mengingat keperluan apa aku ke lantai tiga ini. Semenit kemudian aku langsung menarik tangannya, menuju state lukis dilantai dua. Detak jantungku mulai karuan tidak main. Nata itu lemah sekali, tapi selalu saja mencoba melakukan banyak hal. Seperti pembelaan ceroboh tadi. Mungkin dia sudah tidak tahan melihatku setahun ini dipermainkan oleh anak-anak kaya dan manja itu.
Sebenarnya aku terbiasa diam membalas tingkah menyebalkan mereka setahun ini. Aku mengabaikan mereka dengan baik. Tapi mereka malah makin menjadi-menjadi. Apalagi permasalahan duplikan lukisan itu. Rasanya aku ingin ikat Zen di pohon lie lalu aku hanyutkan dia ke sungai samping sekolah.
Lihatlah, mungkin pipi Zen yang mulus itu akan bengkak karna tamparanku sampai beberapa hari kedepan. Itu balasan kecilku karna sudah membuat Nata ketakutan.
***
Aku berlari lebih cepat menuruni tangga, dan langsung mendobrak pintu kelas.
"Nataaaaaaa" aku berteriak histeris melihatnya sudah tidak sadarkan diri.
Murid laki-laki dari kelas musik itu langsung menggendong Nata ke ruang kesehatan. Lalu sedikit memberikan senyum sinis kepada Zen dan kawan-kawanya itu. Entahlah, apa maksudnya. Tapi aku suka melihat gaya sinisnya barusan.
"Hyuuun, seharusnya kau membantuku bukan membantu anak lemah itu" Teriak Zen dari pintu kelas dan segera mengejar kami.
Murid laki-laki itu tidak merespon apapun dia malah mempercepat langkahanya masuk keruang kesehatan. Dokter sekolah kami baru saja datang. Dia langsung mengambil tindakan cepat untuk Nata.
Aku menghela nafas panjang bersyukur sambil terus berdoa untuk kebaikan sahabatku ini. Sepertinya aku membutuhkan air putih, setalah kejadian menyebalkan hari ini.
"Minumlah Daiy" Murid kelas musik itu sudah dihadapanku lagi sekarang.
"Terimakasih banyak sudah membantu membawa Nata"
"Aku senang bisa membantu, namaku Hyun Lee, Zen memang menyebalkan dan dia layak kau balas untuk kenalakannya kepadamu setahun ini"
Aku tersenyum mendengar dukungannya, seakan-akan dia tau apa yang Zen lakukan kepadaku setahun ini, padahal dilorong sekolah tadi aku hanya menceritakan tentang Nata yang sesak nafas karna ulah mereka.
Oh, aku salah faham. Menurut curhatan Nata selama ini kepadaku, semua murid sekolah tau bahwa seorang Daiyu ini adalah murid paling pendiam yg tidak bisa membalas orang-orang yg jahat padanya. Dan bisa jadi Hyun adalah satu dari mereka.
"Aku tau namamu dari tabloid pusat kesenian tongzhou semester lalu. Selamat untuk karyamu itu"
Aku diam, menatapnya sebentar. Sepertinya aku salah menebak kalau Hyun sama seperti anak anak lain yg ada dalam curharan Nata.
Lalu dari mana dia tau kegiatan amal kami, apakah anak ini yang waktu itu membuat soundtrack untuk acara drama lukisanku dan Nata.
"Kau Hyun Lee yang membantu acara amal aku dan Nata waktu itu?" Aku mulai penasaran.
Sepertinya Nata pernah menyebut namanya beberapa kali waktu acara berlangsung. Dan aku hanya tau namanya saja waktu itu. Aku tidak bisa menemuinya, Nata bilang dia orang yang sibuk dan sulit ditemui. Jadi aku menitipkan terimakasih lewat asistennya.
"Yap, tepat sekali. Kau suka dengan senandung sondtracku Daiy?"
Siapa yang tidak suka dengan soundtrack hebat itu. Hampir semua penonton dan anak-anak berkebutuhan khusus di acara itu menangis, ketika dentingan-dentingan awal musik dimainkan.
Ternyata murid laki-laki ini adalah salah satu pemusik muda terbaik yang dimiliki sekolah dan daerah kami Tongzhou. Dia bukan orang biasa, dan aku tidak menyangka kalau kita seumuran bahkan satu sekolah.
"Hanya yang hatinya rusak yang tidak bisa mendengar tulus dari senandung soundtrack waktu itu Hyun" jawabku.
Bersambung...
Part V
Penasarankan ? Cieee..cieee :D
Penulis : Umi Wijaya Lau
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar